Wamenag: Saat Pandemi Santri Lebih Aman di Pesantren

Pendidikan057 views

Inionline.id – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan, dibukanya kembali pesantren untuk proses pembelajaran luring disambut baik orang tua santri. Orang tua menilai, anaknya akan lebih aman berada di pondok pesantren ketimbang di luar pesantren selama pandemi berlangsung.

Pesantren kini mulai membuka kembali proses pembelajarannya, sehingga para santri berduyun kembali ke pondok. Di era Pandemi ini, ada pesantren yang ketat menerapkan protokol kesehatan, misalnya satu kamar diisi 2-4 santri.

Namun banyak pula satu kamar yang diisi hingga 20 santri karena keterbatasan fasilitas kamar.
“Namun secara umum santri kembali menyantri dinilai lebih aman dari serangan covid-19 daripada mereka di luar pesantren. Maka banyak orang tua yang gembira ketika pesantren kembali dibuka untuk belajar para santri,” kata Zainut saat melakukan kunjungan ke sejumlah pesantren di Jawa Tengah, Rabu, 12 Agustus 2020.

Ditambah lagi, kata Zainut, Pemerintah juga memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap pondok pesantren dengan memberikan anggaran sebesar Rp2,599 triliun untuk membantu pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan Islam di masa pandemi covid-19 melalui program Bantuan Operasional Pesantren atau BOP.

Dalam kesempatan itu, Zainut juga melakukan kunjungan ke sejumlah madrasah. Sama seperti pesantren, kata Zainut, madrasah sebagai lembaga pendidikan harus mampu beradaptasi dan berdamai dengan pandemi covid-19. Langkah ini menjadi keputusan terbaik, karena saat ini pandemi masih berlangsung dan belum tahu sampai kapan akan berkahir.

“Di tengah adaptasi kebiasaan baru ini, pendidikan madrasah dan pesantren pun dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif agar tidak tertinggal oleh dinamika keadaan yang berjalan serba cepat,” imbuh Zainut ketika berkunjung ke Madrasah Tsnawiyah (MTs) Negeri 1 Semarang.

Zainut juga memberikan motivasi agar madrasah dan pesantren memiliki optimisme tinggi dan tetap produktif dalam proses pengajaran. Ia juga mengimbau agar siswa dan santri optimistis, serta produktif.

“Kita harus mampu mengambil manfaat dari musibah covid-19 dengan menciptakan inovasi dan kreativitas baru. Salah satu bentuk manfaat yang dapat kita petik dari covid-19 adalah percepatan migrasi pembelajaran dari sistem konvensional ke digital sebagai jawaban yang tepat,” tegasnya.

Pembelajaran secara virtual dan alternatif tatap muka saat ini dinilai sebagai proses inovasi, agar pembelajaran tidak berhenti.“Semua juga tidak ada yang dapat meramal hingga kapan pandemi covid-19 akan berakhir,” tegas Waketum MUI Pusat ini.

Inovasi virtual, lanjutnya, juga mewabah di tengah masyarakat. Pengajian emak-emak pun marak memakai aplikasiZoom. Tukang sayur juga menawarkan dagangan dengan secara daring. Para ustaz marak mengisi pengajian dengan virtual.