Inionline.id – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat Provinsi Jawa Barat diharapkan bisa menekan pergerakan manusia di angka maksimal 30 persen. Agar berjalan sesuai target, setiap kepala daerah diminta intens melakukan pemantauan dengan cara turun ke lapangan.
“Jadi PSBB ini dianggap berhasil secara standar WHO kalau pergerakan manusia hanya 30 persen,” kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, melalui siaran pers yang diterima, Rabu (6/5).
“Jabar adalah provinsi yang melakukan PSBB paling besar di Indonesia dan sangat kompleks. Kekompakan dan proaktifnya bupati wali kota menjadi kunci. Saya doakan sehat dan rajin-rajin lah ke lapangan,” kata dia.
Indikator keberhasilan PSBB lainnya diukur melalui laju persebaran yang dihitung dengan angka reproduksi dasar (Ro). Penurunan Ro ini terbukti di PSBB Bodebek dan Bandung Raya yang asalnya ada di angka 1,27 turun menjadi 1,07.
“Angka satu itu dianggap angka yang wajar, satu pasien menulari satu orang. Tapi kalau lebih dari satu berarti potensi penularannya bisa banyak. Semoga setelah 14 hari PSBB Provinsi kecepatan penularan turun dari angka satu,” harapnya.
Data yang didapatnya hingga hari Selasa (5/5), kasus positif Covid-19 yang dibawa pemudik diklaim sudah hampir tidak ada. Sebelumnya laporan kasus bawaan dari luar (imported case) di Ciamis, Kuningan, Sumedang datang dari pemudik dari zona merah.
Ridwan Kamil mengklaim tingkat kesembuhan juga hampir dua kali lipat dan angka meninggal turun yang biasanya tujuh orang per hari menjadi empat orang dalam enam hari terakhir. Dia berharap tren positif bisa terus berlanjut pada selama PSBB tingkat provinsi yang berlangsung pada 6-19 Mei 2020.
Selain meningkatkan pengawasan di daerah perbatasan, pembatasan ini harus dimaksimalkan di level kampung, perumahan dan RW agar tidak ada masyarakat yang keluar ke jalan untuk sesuatu hal yang tidak terlalu mendesak.
