Menurut KNKT pilot Lion Air JT-610 telah Usaha Keras Seimbangkan Ketinggian

Headline, Nasional357 views

Jakarta, Inionline.Id – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan fakta baru dibalik kecelakan Lion Air beberapa waktu yang lalu. Dari hasil penyelidikan awal KNKT menyebutkan adanya tarik-menarik kendali antara sistem otomatis dan sistem manual yang dikendalikan oleh pilot sebelum pesawat jatuh. Tarik-menarik kendali itu disebabkan kerusakan sensor angle of attack (AoA) pesawat, sehingga menunjukkan informasi tidak sesuai. Hal tersebut disampaikan oleh Investigator Subkomite Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers pengumuman laporan awal investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, rabu (28/11).
Nurcahyo menerangkan bahwa kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan adanya upaya pilot yang menyeimbangkan ketinggian karena AoA kiri dan kanan berbeda 20 derajat. “AoA di sebelah kiri itu lebih berat dari yang kanan,” ujarnya. Nurcahyo juga menambah penjelasannya bahwa penerbangan Lion Air sebelumnya, yakni pada rute Denpasar-Jakarta juga terjadi ketidaksesuaian AoA antara kiri dan kanan. Namun, akhirnya pilot mematikan sistem otomatis dan mengendalikannya secara manual.
Dengan keputusan pilot itu, pesawat Lion Air dari Denpasar bisa diterbangkan selamat sampai Jakarta. Meskipun hal tersebut tetap melanggar buku manual maskapai karena seharusnya pesawat kembali ke bandara asal. “Kapten Pilot melakukan deklarasi PAN PAN karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemanduan lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang searah dengan landasan pacu,” ujar Nurcahyo. “PIC melaksanakan tiga non-normal checklist dan tidak satu pun dari ketiga prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandar udara terdekat.” Sementara itu, untuk pesawat JT 610 Jakarta-Pangkal Pinang, kata Nurcahyo, pilot tidak mematikan sistem otomatis. Hasilnya pesawat terlihat berkutat mencari ketinggian yang seimbang. Hal ini terlihat dari FDR yang merekam naik turun ketinggian hingga kehilangan daya angkat (stall) dan menukik jatuh ke perairan Tanjung Karawang.
“Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam ‘trim aircraft nose down’ otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali ‘trim aircraft nose down’ otomatis dan input dari pilot untuk melakukan ‘trim aircraft nose up’ terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan,” ujar Nurcahyo. Koordinator Investigasi Keselamatan Udara KNKT Oni Soerjo Wibowo menambahkan, bahwa AoA yang rusak saat penerbangan Lion Air dengan rute Denpasar menuju Jakarta sudah diganti. Jadi penerbangan JT 610 Jakarta- Pangkal Pinang memakai AoA yang baru dan sudah dites. “Sudah diganti, setiap komponen ini ada sertifikasinya dan itu bukan recycle,” ujarnya. Dalam waktu dekat tim investigasi akan melakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *