Inionline.id – Pembagian makanan bergizi gratis (MBG) di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) diwarnai penemuan menu ayam goreng yang masih terlihat bagian dalamnya kemerahan dan dianggap masih belum matang atau mentah.
Menu MBG yang dinilai masih mentah dalam kotak MBG tersebut ditemukan saat siswa Kelas VI di SD Inpres 3 Waingapu, Sumba Timur akan menyantap MBG yang dibagikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Waingapu, pada Rabu (19/2) lalu.
Kepala SDI Waingapu 3,Hamuli Ngguna Manggil yang dikonfirmasi, Selasa (25/2) membenarkan soal penemuan menu ayam goreng yang masih mentah tersebut. “Iya, kejadiannya pada hari Rabu (19/2) lalu,” kata Hamuli.
Dia mengatakan menu ayam yang masih mentah tersebut disajikan pihak satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) Waingapu pada hari ketiga pelaksanaan MBG di Sumba Timur yakni pada Rabu (19/2).
Siswa tersebut, kata Hamuli, diberitahu teman lainnya untuk memeriksa terlebih dahulu daging ayamnya yang akan disantap, karena sebelumnya siswa tersebut sempat mendapati daging ayam yang sudah dikonsumsinya masih mentah di bagian dalamnya.
“Coba kamu lihat, buka dulu kamu punya kotak makan begini ada dapat ini daging (mentah) jadi siswa tersebut buka (kotak makanannya) jadi terlihat dagingnya masih kelihatan merah di bagian dalam,” kata Hamuli menirukan ucapan siswa itu.
Karena merasa daging ayam itu masih belum matang, siswa tersebut tidak jadi mengonsumsi makanan tersebut. “Karena dilihat oleh siswa lainnya (Melihat ayam yang masih mentah), sehingga anak-anak langsung merasa mual,” ujarnya.
Para siswa kemudian melaporkan tentang temuan ayam yang masih mentah tersebut ke guru kelas mereka. Guru itu kemudian meminta siswa membuka kotak tersebut dan menunjukkan menu ayam yang masih mentah tersebut lalu divideokan dan di foto sebagai barang bukti.
“Ibu guru ini masih sempat menyuruh anak tersebut coba kamu buka lalu buka dagingnya ibu guru juga video dan foto sebagai barang bukti,” kata Hamuli.
Guru tersebut kemudian membawa kotak makanan tersebut ke kepala sekolah untuk menunjukkan daging mentah tersebut. Temuan itu menjadi viral karena diunggah oleh guru kelas siswa tersebut.
Setelah viral pada hari itu juga datang pihak SPPG dan mengkomplain dan mempertanyakan kenapa kasus tersebut harus di posting ke media sosial. “Jadi wali kelas ini setelah lihat daging berdarah langsung posting (ke media sosial),” tutur Hamuli.
Usai viral, kata Hamuli, pihak vendor sebagai penyedia MBG bersama beberapa aparat keamanan mendatangi sekolah tersebut untuk mempertanyakan kenapa pihak sekolah harus memposting ke media sosial.
Saat itu juga pihak vendor membantah jika kotak MBG tersebut bukan milik SPPG.”Jadi seolah-olah kami sekolah merekayasa dan memberi pewarna lagi ke itu makanan,” ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa usai hal tersebut, pada Kamis (20/2) juga ditemukan adanya rambut yang ditemukan dalam kotak makanan yang terselip dalam nasi dari MBG yang dibagikan.
“Tanggal 20 (Februari) itu pun juga ada rambut (dalam kotak MBG) di anak punya nasi sehingga saya trauma dan membawa kotak makanan itu ke ruangan saya untuk diamankan tapi saat itu ada wartawan yang ada di situ dan juga petugas dapur yang ikut menyaksikan,” kata Hamuli.
Dikatakannya, setelah dua peristiwa yang terjadi di SDI Waingapu 3 pada hari Rabu (19/2) dan Kamis (20/2) tersebut, pihak vendor atau penyedia makanan langsung menegaskan bahwa SDI Waingapu 3 dan SDK Andaluri tidak akan lagi mendapat MBG.
“Waktu masalah itu di Hari Kamis pihak vendor sebagai penyedia mengatakan SD Waingapu 3 dan Andaluri tidak lagi mendapat makan (MBG),” kata Hamuli mengulang ucapan dari pihak vendor.
Saat itu ujar Hamuli, pihaknya sempat mempertanyakan alasannya apa sampai tidak akan diberi MBG lagi, tetapi jawaban dari pihak vendor bahwa SPPG mau melayani atau tidak ditentukan oleh vendor.
Vendor tersebut beralasan MBG yang dibagikan oleh SPPG Kota Waingapu tersebut disediakan menggunakan uang pribadinya vendor.
“(Kata vendor) sekolah ibu, saya yang menentukan, mau dilayani dan tidak saya yang menentukan dan itu adalah uang pribadi saya,” kata Hamuli mengutip ucapan vendor
Karena dikatakan vendor sebagai penyedia makanan menggunakan uang pribadi sehingga hal tersebut kemudian dipertanyakan oleh pihak sekolah. Karena setahu pihak sekolah bahwa MBG adalah program pemerintah berarti uangnya berasal dari pemerintah bukan dari kantong pribadi pihak vendor.
“Disitu ada kekecewaan dari kami,” kata Hamuli menyesalkan sikap dari penyedia MBG yang melayani MBG di Kota Waingapu.
Dari pernyataan pihak penyedia tersebut, sehingga sejak Jumat (21/2) sampai dengan Senin (24/2) 291 siswa SDI Waingapu 3 tidak dilayani MBG. Dan baru terlayani lagi pada Selasa (25/2) ini.
Hamuli pun merasa kecewa karena lauk yang disajikan pihak SPPG Waingapu dalam MBG masih terdapat mie dan nasi. Dan itu terjadi pada Senin (17/2) ketika hari pertama dimulainya MBG di Sumba Timur lauknya ada mie dan nasi. “Katanya makanan bergizi, tapi ada menunya ada nasi dan juga mie,” kata Hamuli.
Namun, penjelasan dari pihak SPPG melalui ahli gizi kepada pihak sekolah mengatakan bahwa menu mie dan nasi yang dikonsumsi bersama tidak ada masalah karena tetap mengandung kadar gizi. “Dan itu disampaikan oleh ahli gizi yang dibawa oleh pihak SPPG ke sekolah,” ujarnya.
DIbeberkan Hamuli, pada Senin (17/2) menu yang disajikan antara lain, nasi, mie, sayur, daging ayam dan buah pisang.
Hamuli pun menegaskan apa yang dia sampaikan semuanya adalah fakta, mulai dari makanan yang mentah dengan daging yang masih berdarah di bagian dalam daging ayam, rambut yang berada dalam nasi dan juga menu nasi dan mie. “Benar, itu semua fakta,” pungkasnya.