Bujuk Gencatan Senjata, Enam Presiden Afrika Bakal ke Rusia-Ukraina

Internasional357 views

Inionline.id – Enam presiden dari Afrika pada awal Juni mendatang akan melawat ke Rusia dan Ukraina untuk memfasilitasi negosiasi damai kedua negara.

“Keenam kepala negara akan bolak-balik antara dua ibu kota [Moskow dan Kyiv] untuk terlibat dalam memfasilitasi pembicaraan damai, setidaknya menuju gencatan senjata,” kata Direktur Jenderal Departemen Hubungan Internasional dan Kerjasama Afrika Selatan, Zane Dangor, seperti dikutip RT, Rabu (18/5).

Dalam pertemuan virtual dengan anggota parlemen, Dangor menyatakan inisiatif tersebut telah disampaikan ke sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

“Kami juga telah terlibat dengan pihak lain, termasuk Amerika Serikat. Ada dukungan umum untuk inisiatif ini yang diumumkan Presiden [Afsel, Cyril] Ramaphosa, ujar dia lagi.

Dangor juga mencatat Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor, akan bertemu dengan mitranya dari Ukraina di Portugal dalam beberapa hari mendatang untuk membahas inisiatif Afrika itu.

Pernyataan Dangor muncul usai Ramaphosa mengumumkan pemimpin Mesir, Uganda, Zambia, Senegal dan Republik Kongo sepakat terlibat dalam misi perdamaian.

Lebih lanjut, Ramaphosa mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Vladimir Zelensky setuju untuk menjadi tuan rumah misi itu.

Afrika Selatan merupakan satu dari beberapa negara yang menolak menjatuhkan sanksi kepada Rusia saat awal-awal invasi.

Ramaphosa berkali-kali menekankan Afsel memiliki tradisi non-blok dan tak akan terlibat dalam konflik global.

Rusia pertimbangkan proposal perdamaian

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Kremlin siap mempertimbangkan proposal yang diajukan negara-negara Afrika dan Amerika Latin.

Lavrov menduga negara Barat tampaknya tak menerima usulan itu dan hanya menyambut proposal Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

“Barat mengklaim ini satu-satunya rencana yang saat ini ada di meja dan satu-satunya yang didukungnya,” ujar dia.

Menlu Rusia itu juga mengatakan Zelensky berulang kali menolak mengadakan pembicaraan damai dengan Negeri Beruang Merah.

Selama perang berkecamuk, terdapat sejumlah negara yang mengajukan diri menjadi mediator. Beberapa di antaranya, Turki dan China.

Turki bahkan sempat beberapa kali menjadi tuan rumah negosiasi Rusia dan Ukraina. Namun, mereka tak kunjung mencapai gencatan senjata.

Belakangan China juga menawarkan diri menjadi mediator. Rusia menyambutnya, tetapi Ukraina masih pikir-pikir, terutama mengingat kedekatan hubungan Moskow dan Beijing.

Sejumlah pengamat menduga negosiasi bisa berlangsung jika kedua pihak sama-sama lelah atau Ukraina berhasil memukul mundur Rusia.

Namun, di sisi lain pasukan Rusia enggan mundur, karena itu akan membuat malu pemerintah dan memicu gejolak domestik.