Tim Riset UIN Malang Meneliti Moderasi Beragama di Radboud University Belanda

Pendidikan657 views

Inionline.id – Tim Peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan riset tentang moderasi beragama di Radboud University, Belanda. Riset sebagai wujud implementasi Tri Dharma perguruan tinggi dan mendukung program International Recognition and Reputation University.

“Penelitian ini bertujuan melihat bagaimaan nilai moderasi beragama diartikulasikan dalam konteks negara yang cenderung dianggap sekuler, sehingga bisa menjadi sebuah lesson learned bagi universitas di Indonesia,” tutur Jamilah, salah satu anggota peneliti yang juga sedang menyelesaikan Program PhD di Radboud University dikutip dari laman kemenag.go.id, Kamis, 6 April 2023.

Tim Riset terdiri atas Mohammad Mahpur (Ketua Program Studi S2 Magister Psikologi), Jamilah (Sekretaris Program Studi S3 Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner), Devi Pramitha (Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Pendidikan Islam), dan Alitha Natriezia (Humas UIN Malang).

Penelitian mengambil tajuk “Cross sectional studies on Religious Moderation Mainstreaming Strategies and Practices Between UIN Malang and Radboud University”. Riset ingin melihat outlook kehidupan beragama di Belanda yang cenderung dikenal sebagai negara sekuler.

Ketua Tim Peneliti, Mohammad Mahpur, menilai selama ini padangan umum tentang sekularisasi dan negara sekuler cenderung melihat isu-isu agama adalah sesuatu yang tidak relevan diangkat di ruang publik. Sebab, ideologi utama dari negara sekuler mengadopsi ideologi liberal demokratik.

Mahpur menuturkan beragama atau tidak beragama tidak menjadi hak absolut individu dengan dalil freedom of choice dan freedom of expression. Hal ini diadopsi praktis oleh perguruan tinggi di Belanda, salah satunya oleh Radboud University yang tercantum dalam kebijakan-kebijakan manajerial dan akademik.

Frans J S Wijsen, salah satu professor emeritus di Department of Empirical and Practical Religious Studies Radboud University mengatakan Universitas Radboud awalnya didirikan dengan nama Universitas Katolik dengan misi mempromosikan emansipasi umat Katolik di Belanda.

“Tapi kini Radboud sangat terbuka dengan agama apa pun, tak terkecuali agama Islam,” tutur dia.

Frans mengatakan pihaknya memiliki code of conduct atau kode etik berperilaku yang ditetapkan oleh dewan eksekutif sebagai basic value of our society. Beberapa nilai pada code of conduct, adalah respect to each othersocial safety not only in religion but in another aspect.

“Memfasilitasi semua kebutuhan mahasiswa dengan tidak memandang agama dan masih banyak nilai-nilai lainnya yang sesungguhnya nilai tersebut juga diajarkan di agama Islam,” papar Frans.

Fr. Joseph Geelen, salah satu pendeta dan koordinator tempat beribadah bagi semua agama di Radboud University, melihat moderasi beragama adalah bagian dari moderasi itu sendiri. Yaitu sikap dan praktik respect kepada orang lain dan menjamin agar setiap orang harus merasa bebas bersuara dan bebas mempunyai pilihan.

“Moderasi beragama dijadikan sebagai proses pertemuan lintas agama, seseorang perlu memiliki aturan agar tidak melintasi batas, perlu menaati rambu-rambu lalu lintas agar saling menjaga kepentingan satu dengan yang lainnya,” kata Josep.

Anggota peneliti lainnya, Devi Pramita, berharap riset memberikan dampak positif bagi pembuat dan pengambil kebijakan di kalangan UIN Malang. Khususnya menyusun model implementasi moderasi beragama dengan melihat berbagai pengalaman praktis lintas universitas di dunia.

Devi menegaskan riset ini akan memberikan pelajaran penting bahwa semua orang dengan identitas berbeda dapat tumbuh bersama dengan nilai human being dan dignity of humanity.

“Dasar negara Indonesia sudah memberi fondasi filosofis tepat bagi nilai moderasi yang bersifat mendasari bagi kehidupan sosial yang menghargai nilai kemanusiaan untuk tumbuh bersama,” tutur dia.