”Anak adalah Investasi Dunia Akhirat”

Headline, Nasional057 views

Di dalam Islam banyak sekali kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Paling tidak, anak itu harus ditebus terlebih dahulu, karena anaknya itu digadaikan, dengan melakukan aqiqah bagi orang yang mampu. Setelah itu memberi nama yang baik bagi anak, karena nama adalah doa, nama adalah pengharapan orang tua yang ditanamkan pada diri anak. Selanjutnya adalah mendidik, dan setelah anak tumbuh besar, kewajiban dari orang tua untuk menikahkannya.
Banyaknya kewajiban yang harus dipikul orang tua atas diri anak-anaknya, merupakan hal yang wajar. Karena anak pada dasarnya adalah investasi. Jika orang tua menanamkan investasi yang besar pada diri anak, utamanya dalam hal pendidikan, maka kelak orang tua juga akan memetik hasil yang besar pula. Tidak hanya di dunia saja, tetapi investasi tersebut juga dapat dipetik di akhirat kelak jika orang tua berhasil menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah.
Rasulullah bersabda: “Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
Namun yang menjadi masalah adalah kemana anak akan kita arahkan setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi anak yang saleh, agar setelah dewasa mereka dapat membalas jasa kedua orang tuanya. Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Untuk mengarahkan anak, kuncinya sebenarnya hanya satu: pendidikan. Karena dengan pendidikan, apapun yang kita inginkan, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat akan dapat terjawab. Karena Nabi SAW telah menyampaikan: Kalau ingin menguasai tentang dunia ini harus tahu ilmunya, ingin menguasai tentang akhirat juga harus dengan ilmunya, dan jika ingin menguasai tentang dunia dan akhirat juga harus dengan ilmunya.
Bagaimana cara untuk mendapatkan ilmu? Sudah barang tentu melalui pendidikan yang terpadu. Pendidikan di lingkungan keluarga dalam bentuk pendidikan informal, serta pendidikan di lingkungan masyarakat dalam bentuk pendidikan nonformal dan formal. Semuanya saling mempengaruhi satu dengan yang lain dalam membentuk karakterisitik, akhlak dan kejiwaan dari anak-anak kita.
Satu hal yang perlu diperhatikan agar pendidikan benar-benar mampu membentuk karakteristik, akhlak dan kejiwaan anak menjadi baik adalah faktor lingkungan. Karena lingkungan memiliki korelasi yang erat dengan pendidikan itu sendiri. Secara mikro, lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya.
Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna keIslaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna keIslaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai keIslaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral. Karena seorang anak itu sebenarnya terlahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang mewarnai pribadi anak. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah SWT dan RasulNya. Sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya.” Maka Allah SWT mengingatkan kita dengan firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6).
Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada keluarganya.” (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam Al Kamil, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dan dishohihkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath 13/113). Demikian pula dalam Shohih Bukhori dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anakmu.” Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari mereka kebaikan, karena para orangtua adalah madrasah bagi anak-anaknya.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-teman yang sebaya dengannya. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing. Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temanya. Sebaliknya anak yang di rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang negatif menurut karakter dan watak sang anak.
Faktor yang juga cukup menentukan dalam membentuk watak dan karakter anak di sekolah adalah konsep yang diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan mengarahkan setiap anak didik. Sekolah yang ditata dengan managemen yang baik tentu akan lebih mampu memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan sekolah yang tidak memperhatikan sistem managemen.
Sekolah yang sekedar dibangun untuk kepentingan bisnis semata pasti tidak akan mampu menghasilkan murid-murid yang berkualitas secara maksimal, kualitas dalam pengertian intelektual dan moral keagamaan. Kualitas intelektual dan moral keagamaan tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang sangat menentukan dalam melahirkan murid yang berkualitas secara intelektual dan moral keagamaan.
Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak didiknya. Keseimbangan pelajaran yang diperoleh murid di sekolah akan lebih mampu menyeimbangkan keadaan mental dan intelektualnya. Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi seorang anak didik.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah komunitas yang besar. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak juga jauh lebih besar.
Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.
Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah SWT dan RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela disekitarnya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kualitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak.
Masyarakat terbentuk atas dasar gabungan individu-individu yang hidup pada suatu komunitas tertentu.
Karena dalam membentuk masyarakat yang harmonis setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Persepsi yang keliru biasanya masih mendominasi masyarakat. Mereka beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah pemerintah, para da’i, pendidik atau ulama. Padahal Rasulullah SAW, bersabda: “Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat atau cepat pasti akan menimpa putra-putri kita. Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah SWT berfirman:
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah…” (Ali Imran: 110).
Pendidikan bagi anak adalah kewajiban nomor satu bagi para orangtua. Menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya berarti membiarkan kehancuran anak, orangtuanya, umat, bangsa, dan negara. Sedangkan mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang cerah yang berarti juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua orangtuanya di surga.
Rasulullah SAW bersabda, “Akan diangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Rabb apa yang membuatku begini?” Kemudian dikatakan padanya, “Permohonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairoh).
Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS Ath Thuur: 21). Allah-lah yang memberi taufiq kepada apa yang dicintaiNya dan diridloiNya.
Untuk itu marilah kita bersama-sama peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, anak-anak kita. Semoga dengan kepedulian kita, Allah Subhannahu wa Ta’ala akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita.
>>>>>
*Selamat untuk Anakku Muhammad Akbar Abdullah’ atas Wisuda Tahfidz Al Qur’an 30 Juz’*
*Barokaah’ dan mampu merealisasikan dengan segala amalan yang terkandung dalam Aktivitas keseharian’*
Aamiin…….

Depok, 2 Syawal 1444 H
Al Faqir Eman Sutriadi
🙏🏻🙏🏻