Inovasi Trimba, Legacy Pelestarian Mangrove Kawasan Pesisir Pangkalan Jambi

Berita657 views

Bengkalis, Inionline.id – Abrasi kawasan pesisir yang terjadi di Desa Pangkalan Jambi, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau telah menjadi ancaman masyarakat. Faktor alami abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan arus laut, ditambah dengan rusaknya ekosistem mangrove membuat kawasan pesisir Desa Pangkalan Jambi mengalami penurunan garis pesisir desa hingga 150 meter dalam 20 tahun terakhir sehingga mengakibatkan warga yang semula tinggal di pesisir pantai harus pindah ke dararan yang lebih tinggi.

Namun tidak demikian dengan Alpan (52 tahun). Dia Bersama nelayan Desa Pangkalan Jambi melakukan pembibitan dan revitalisasi mangrove sejak tahun 2005 secara manual denga alat seadanya. Dengan resiko kegagalan yang sangat tinggi, karena bibit yang baru ditanam hilang dan hanyut begitu saja terbawa gelombang.

“Ratusan bibit mangrove yang kami tanam, hanya beberapa saja yang selamat dari air pasang dan hal itu terjadi berulang-ulang, tidak membuat kami patah semangat. Kami terus melakukan pembibitan dan dan penanaman lahan bekas abrasi secara bergiliran dengan nelayan lain,”ungkap Alpan.

Semangat Alpan dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Kelompok Harapan Bersama dilihat sebagai potensi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Alpan dan kepompoknya digandeng dalam program CSR Kilang Unit Sei Pakning untuk mendukung kegiatan penghijauan mangrove di pesisir pantai Pangkalan Jambi.

Melalui Program Permata Hijau, PT KPI Bersama warga melahirkan inovasi Triangle Mangrove Barriers atau Trimba, trimba adalah penahan abrasi di pesisir yang dibuat dari kayu nibung sehingga dapat menangkap lumpur air pasang atau sedimen. Inovasi Trimba mampu meminimalisir kegagalan penanaman mangrove, dimana mangrove bisa tetap bertahan, karena adanya penahan abrasi.

Pjs. Corporate Secretary PT KPI Milla Suciyani menyatakan inovasi Trimba yang diimplementasikan di Pesisir Permata Hijau sejak tahun 2017 telah membantu peningkatan kesuksesan penanaman mangrove.

“Berkat Trimba, bibit mangrove yang ditanam berhasil tumbuh kembang mencapai 95 persen dari sebelum dipasang Trimba yang keberhasilannya hanya 50 sampai 60 persen,”jelas Milla.

Selain menerapkan inovasi Trimba, kelompok nelayan Harapan Bersama juga mendapatkan pelatihan untuk mendukung keberhasilan program revitalisasi dan konservasi kawasan mangrove di Desa Pangkalan Jambi. Yang dilanjutkan dnegan pembangunan fasilitas sarana ekosiwata mangrove pangkalan jambi yakni pembangunan trek, jembatan dan menara, saung-saung, kantin dan rumah produksi olahan mangrove dan ikan untuk mewujudkan ekowisata mangrove.

PT KPI juga membantu budidaya ikan air payau, dengan kolam ikan nila berada di sekitar hutan mangrove dengan memanfaatkan sumber air pasang surut.

“Adanya kolam budidaya ikan nila telah mendorong peningkatan ekonomi nelayan, sehingga mendapat tambahan pendapatan, apabila nelayan tidak dapat melaut saat cuaca tidak mendukung. Kolam ikan nila bisa menghasilkan panen hingga 500 kilogram,”jelas Alpan.

“Program yang kami kembangkan di pesisir Permata Hijau ini telah memberikan kontribusi pada tujuan pembanguan berkelanjutan atau SDG,s ke- 13, 14 dan 8 yakni Penanganan Perubahan Iklim, Ekosistem Lautan serta Pekerjaan Layak dan ekonomi. Langkah ini juga sesuai dengan komitmen perusahaan dalam mengimplementasikan praktik ESG sebagai dukungan dalam mengatasi perubahan iklim dan melindungi keanekaragaman hayati,”kata Milla.

Upaya Alpan dengan dukungan Pertamina telah menorehkan hasil. Dimana program konservasi mangrove Permata Hijau mendapatkan penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kategori Utama di tahun 2021 , tak hanya itu Alpan juga sebagai penggerak lingkungan meraih penghargaan Setia Lestari Bumi dari Gubernur Riau di tahun yang sama.