Tips Mengelola Pengeluaran Bagi Mahasiswa Dibagikan Dosen Unair

Pendidikan157 views

Inionline.id – Seringkali mahasiswa sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan sehingga menyebabkan pengeluaran menjadi tak terkendali. Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair), Martha Ranggi Primanthi, membagikan tips bagi mahasiswa mengelola pengeluaran.

Martha menuturkan hal pertama ialah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dia menyebut hal ini sangat mudah dilakukan.

Dia menjelaskan apabila kita tidak membeli sesuatu, tapi kehidupan masih berjalan lancar dan aman tanpa hambatan, itu berarti keinginan, bukan kebutuhan. “Karena kalau kebutuhan tidak dipenuhi, kehidupan kita jadi buruk atau worst off. Cara membedakannya as simple as that,” kata Martha dikutip dari laman unair.ac.id, Senin, 15 Agustus 2022.

“Saya melihat sebetulnya di Indonesia ketika saya sebagai mahasiswa, biaya yang cukup besar memengaruhi biaya hidup adalah social cost,” tutur dia.

Martha menyebut social cost di Indonesia tergolong sangat tinggi karena budaya yang terbentuk di lingkungan sekitar. Social cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi gengsi atau gaya hidup yang terjadi di lingkungan sosial.

“Mahasiswa merupakan anak muda yang gairahnya masih tinggi sehingga memiliki gengsi yang tinggi pula. Kalau tidak memiliki produk terkini, khawatir tidak punya teman dan takut tidak diakui oleh lingkungan,” papar dia.

Martha bercerita ketika kuliah di Australia, lingkungan sekitar tidak mempedulikan apa yang ia pakai. Mereka tidak pernah menilai orang dari casing-nya. Hal ini sebenarnya masih ada pro kontra di masyarakat.

“Orang bule kan terkenalnya sangat cuek, pronya di situ sih kita enggak peduli orang punya tas ini tas itu, ya don’t really care,” kata alumnus Australian National University itu.

Martha menyebut banyak profesor di kampusnya hanya memakai sepeda ontel yang tidak mahal ke kampus. Padahal, mereka sebenarnya mempunyai mobil mewah di rumah.

“Karena ya, budaya sana tidak memperhatikan other people’s perception,” tutur dia.

Sedangkan di Indonesia, persepsi orang masih menjadi determinan untuk menjalani hidup. Jadi, sebenarnya yang membuat biaya anak muda dan mahasiswa tidak terkontrol adalah biaya sosial.

“Balik lagi ke konsep keinginan atau kebutuhan. Kalau mereka tidak makan di coffee shop mahal apakah akan worst off?” ujar dia.

Martha menyebut tips bagi mahasiswa adalah tidak perlu terlalu peduli dengan persepsi orang. Terpenting, menjadi pribadi yang baik.

“Baik diukur dari kata, sikap, bukan dari barang apa yang kita punya,” tutur dia.

Martha berharap mahasiswa bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk bisa lebih bermanfaat dan menjadi berkat untuk banyak orang di sekitarnya. Manfaatkan segala kesempatan yang ada, baik itu kesempatan entrepreneur, kesempatan ke luar negeri, dan lain sebagainya.

“Itu harus dimanfaatkan untuk menjadi orang baik dan benar,” tutur dia.