Pemerintah Diminta Evaluasi Dana PEN 2022 Seiring Terus Meningkatnya Kasus Omicron

Headline, Nasional257 views

Inionline.id – Kian menanjak Penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. Kenaikan kasus ini bahkan dinilai mulai menunjukkan gejala berbahaya seperti pada puncak gelombang kedua di pertengahan tahun 2021.

Wakil Ketua MPR RI Syarif Hasan mengatakan jika kasus Omicron ini terus menanjak, pemerintah harus mengambil, melanjutkan, dan mempertajam serangkaian kebijakan pengaman sosial untuk membantu warga terdampak, terutama warga berpendapatan rendah. Hal ini penting untuk mengantisipasi terhentinya aktivitas perekonomian.

“Tugas negara memastikan semua warganya tercukupi kebutuhan dasarnya. Masyarakat miskin sebagai yang terdampak harus diberikan afirmasi agar dapat terus melanjutkan hidupnya. Jaring pengaman sosial seperti bantuan langsung tunai, bantuan sosial, dan bantuan permodalan UMKM adalah kebijakan yang mesti diambil. Tidak ada cara lain,” tegas Politisi Partai Demokrat itu pada Selasa (8/2/2022).

Syarief berpendapat bahwa pemerintah juga harus mengevaluasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tahun 2022 yang jauh menurun dibandingkan tahun 2021. Pada tahun 2021, dana PEN dianggarkan sebesar Rp 744,77 T, sementara pada 2022 menurun hanya sebesar Rp 455,62 T. Ia menilai anggaran PEN tahun ini harus dinaikkan jika kasus terus menanjak.

“Perkara dana PEN ini adalah soal keberpihakan. Dengan dampak COVID yang langsung memukul kesehatan dan perekonomian rakyat, sudah seharusnya prioritas anggaran dipergunakan untuk penanganan bencana. Terutama bagi warga miskin dan pelaku UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) sebagai kalangan paling terdampak. Saya mengingatkan dan mendorong pemerintah agar konsisten mengalokasikan anggaran untuk membantu rakyat miskin, dan pelaku UMKM,” jelas Syarief.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koperasi UKM di era Presiden SBY itu mengingatkan bahwa kenaikan kasus ini mesti diwaspadai oleh semua pihak.

“Kenaikan kasus omicron ini tentu duka bagi kita semua. Meskipun dalam banyak kajian varian ini relatif tidak begitu berbahaya dibanding varian delta, namun tingkat infeksinya sangatlah tinggi. Meski ringan, namun jika menginfeksi orang yang punya komorbid dan ketahanan fisik yang lemah, juga berdampak mematikan. Jadi semestinya kita tidak boleh anggap remeh,” pungkas Syarief.