Mulai Hari Ini Perajin Tahu Tempe Produksi Lagi

Ekonomi357 views

Inionline.id – Pada hari ini, Kamis (24/2) perajin tahu tempe mulai produksi lagi. Mereka sempat mogok selama tiga hari secara serentak memprotes kenaikan harga kedelai.

Menurut Anggota Koperasi Produsen Tahu dan Tempe (Kopti) Jakarta Pusat Slamet Riadi, sejak kemarin pihaknya menyiapkan 50 kilogram (kg) kacang kedelai untuk jualan hari ini.

Slamet sengaja menurunkan produksi dari rata-rata sebelumnya yang mencapai 60 kg karena khawatir daya serap pasar bakal menurun.

Dia khawatir dagangan tahu dan tempe jadi kurang laris hari ini karena harga tahu dan tempe naik. Selain itu, dampak pandemi covid-19 juga menekan daya beli warga.

“Iya (mulai dagang), jadi kalau untuk tahu itu kan sehari sebelum sudah produksi jadi siang ini sudah mulai produksi untuk penjualan besok, Kamis (24/2),” kata Slamet kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/2).

Slamet menjelaskan harga tempe akan naik sekitar 20 persen atau Rp1.000 per potong untuk ukuran 400 gram dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per potong.

Sedangkan untuk harga tahu tak berubah di kisaran Rp500 per potong-Rp700 per potong sesuai ukuran dan jenis. Hanya saja, ukurannya diperkecil untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai.

“Salah satu tujuan dari demo juga selain ke pemerintah, tapi juga ke konsumen bahwa ini kedelai naik. Kalau begini kan konsumen, ibu-ibu kalau nggak dikasih tahu begini nggak ngerti,” ungkap Slamet.

Walau mulai jualan lagi, tapi sebetulnya harga kacang kedelai di level perajin masih tinggi, yakni Rp12 ribu per kg dari harga normal Rp10 ribu per kg. Jalan keluar dari kenaikan kedelai adalah menaikkan harga tahu dan tempe di level konsumen.

Meski bukan solusi jangka panjang, namun ia menyebut hal tersebut harus dilakukan agar perajin tak rugi. Saat ini saja, perajin nyaris tak meraup untung dari dagangannya.

“Aduh (untung) nggak bisa dihitung, kadang-kadang kami kan pedagang kecil jadi yang didapat di pasar buat belanja lagi ngga cukup, dipotong biaya produksi kayak tenaga kerja, biaya penunjang, ngga cukup untuk beli kedelai lagi,” beber Slamet.

Ia mengaku masih menaruh harapan pada pemerintah untuk menepati janjinya menstabilkan harga kedelai secepatnya. “Kami masih berharap dengan janji pemerintah, untuk jangka pendek berupa subsidi atau apa tapi sesegera mungkin,” pungkasnya.

Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo menekankan bahwa kenaikan harga tahu dan tempe hanya sementara saja hingga harga kedelai bisa kembali ke level normal, yakni Rp10 ribu per kg.

Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengintervensi pasar lewat subsidi kacang kedelai. Ia khawatir jika dibiarkan berkepanjangan konsumen tahu dan tempe bakal beralih ke alternatif protein lain seperti telur.

“Harapannya jangka pendek pemerintah harus intervensi, kalau harga ketinggian konsumen tahu tempe bisa beralih,” jelas Sutaryo.

Sutaryo menilai solusi jangka panjangnya adalah pemerintah harus mengatur ulang tata niaga kacang kedelai. Ia berharap impor kacang kedelai bisa dikembalikan kepada Perum Bulog.

Menurut Sutaryo, lonjakan harga kacang kedelai di dalam negeri disebabkan RI menganut pasar bebas dan pihak yang mengimpor adalah swasta. Dengan demikian, jika harga internasional naik, maka otomatis harga di RI pun meningkat.

Ia berpendapat jika harga dipatok di level tertinggi dan pemerintah dapat mengamankan stok hingga waktu tertentu, maka harga kacang kedelai akan kembali stabil.

“Sekarang istilahnya kalau orang dagang, jual barang dapat barang, tapi kalau pemerintah kan beda tata niaganya diatur. Kalau pemerintah menguasai barang kan beda, jadi bisa 3 bulan barang dikuasai harga nggak naik, tapi kalau swasta nggak bisa,” pungkas Sutaryo.