Kepala BRIN Pastikan Pemindahan Peralatan Lab Eijkman Sesuai dengan Prosedur

Pendidikan057 views

Inionline.id – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko memastikan pemindahan alat dari laboratorium Gedung Eijkman sesuai prosedur. Pemindahan alat lab sempat menjadi perbincangan di media sosial lantaran diduga tidak sesuai prosedur.

“Tentu kami juga tidak ingin ada alat yang rusak. Karena semua akan dikelola sebagai bagian dari resource sharing untuk semua periset mengikuti SOP yang ada,” kata Handoko dalam keterangan tertulis, Senin, 14 Februari 2022.

Handoko membatah informasi tidak benar terkait pemindahan alat tidak sesuai prosedur. Seorang pengguna media sosial Twitter mengungkap pemindahan NovaSeq6000 dari laboratorium Gedung Eijkman.

“Informasi pemindahan alat dengan tidak sesuai prosedur adalah tidak benar. Alat atau mesin yang dipindah itu bukan NovaSeq6000, tapi mesin sanger sequencing,” tegas dia.

Handoko menuturkan tim infrastruktur BRIN sudah berkonsultasi dengan pihak vendor dan menyetujui prosedur pemindahan. Setelah dipindah, mesin sanger sequencing ABI 3500XL itu akan diinstalasi, diuji fungsi, dan dikalibrasi kembali oleh vendor yaitu PT Enigma.

Sedangkan, pemindahan mesin illumina Novaseq dan lainnya belum dilakukan. Handoko menjelaskan hal itu karena sejumlah hal, seperti penawaran harga pemindahan yang dirasa terlalu mahal dan masih dinegosiasikan kembali.

Handoko menyebut pemindahan lab sudah diusulkan pihak Eijkman sejak 2020. Alasan utamanya, gedung tersebut sudah terlalu sempit dan tidak mungkin dikembangkan lagi karena merupakan cagar budaya.

Opsi lokasi baru lab Eijkman adalah Puspiptek atau CSC (Cibinong Science Center) Cibinong. Lab sempat diusulkan dipindah ke Puspitek Serpong, lantaran Eijkman di bawah administrasi langsung Kemenristek.

Sedangkan, CSC berada di bawah LIPI. Dana pemindahan diusulkan Rp1,5 triliun bersumber dari pinjaman luar negeri melalui JICA.

“Pasca integrasi BRIN, diputuskan pindah ke CSC yang memang telah menjadi pusat riset untuk life sciences. Di sana sudah banyak infrastruktur tersedia, termasuk Gedung Genomik yang baru dibangun,” tutur dia.

Handoko menyebut ada lebih kurang 700 periset di bidang terkait di CSC. Sehingga, kata dia, tidak perlu membangun baru sama sekali yang berpotensi tumpang tindih.

“Ini salah satu keuntungan riil dari integrasi BRIN,” kata dia.

Gedung Eijkman sesuai kesepakatan dikembalikan ke Kemenkes. Gedung tetap dipertahankan sebagai cagar budaya, juga sebagian tetap sebagai laboratorium riset.

Khususnya riset berbasis layanan kesehatan. Sedangkan riset berbasis laboratorium murni dipusatkan di Gedung Genomik baru di Cibinong.

Handoko menyebut ada beberapa laboratorium dan alat yang tidak perlu dipindah, seperti BSL-3, TEM organik, forensik, dan lainnya. Semua laboratorium dan alat tetap dikelola Deputi Infrastruktur BRIN dan dipakai bersama.

“Peralatan yang sedang dipindah saat ini bukan termasuk yang membutuhkan perlakuan khusus, seperti NovaSec. Tim juga sudah berkoordinasi dengan vendor dan saat instalasi kembali di Cibinong akan dikalibrasi ulang oleh vendor,” ujar dia.

Handoko yakin Tim Deputi Infrastruktur BRIN sudah berpengalaman mengadakan, memelihara, mengoperasionalkan bertahan peralatan riset, mulai dari kapal, pesawat sampai dengan beragam electron microscope. Tim juga sudah melakukan inventarisasi dan mitigasi setiap jenis alat di Eijkman sejak tahun lalu.

Sementara itu, di proses manajemen baru, seluruh infrastruktur riset dikelola terpusat oleh Deputi Infrastruktur. Sehingga periset bisa fokus ke riset dan tidak dibebani dengan hal lain di luar riset.

Dia juga memastikan seluruh alat bisa dibuka sebagai sumber daya bersama. Sehingga utilisasi meningkat dan memfasilitasi seluruh pihak termasuk kampus dan industri, tentu dengan SOP tertentu.

Handoko menuturkan manajemen open platform ini sudah diimplementasikan sejak 2018 di LIPI. Sehingga, tim yang menangani pemindahan alat laboratorium dipastikan sudah sangat berpengalaman.

BRIN dan RSCM juga telah bersepakat berkolaborasi dengan skema PKR (Pusat Kolaborasi Riset) BRIN. Info lebih lengkap terkait skema PKR ada di https://pendanaan-risnov.brin.go.id.

“Kemungkinan akan ada beberapa PKR BRIN-RSCM, di antaranya untuk Forensik Genetika dan lainnya. Dengan demikian, BRIN tetap dapat mendukung dalam bentuk pembiayaan dan infrastruktur, meski gedung dikelola RSCM,” tutur dia.

Hal ini, kata dia, juga akan membantu peningkatan dinamika riset berbasis layanan kesehatan. Sebab, RSCM berpengalaman melakukan studi klinis dan tersedia sampel pasien secara kontinu.