Di Seluruh Polda Polri Kaji Penambahan 2.000 Personel Densus 88

Inionline.id – Polri mengkaji penambahan personel hingga 2 ribu orang untuk ditempatkan di Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Polri.

Penambahan tersebut merupakan bagian dari rencana Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang ingin mengupayakan kinerja Densus 88 dalam menangani masalah terorisme.

“Baru akan dikaji. Idealnya Densus akan ditambah 1.500 sampai dengan 2.000 orang seluruh Indonesia. Karena ditempatkan di 34 Polda,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dihubungi, Rabu (16/2).

Jumlah personel tersebut nantinya akan tersebar di Satuan Tugas Kewilayahan (Satgaswil) seluruh Indonesia sehingga dapat melakukan mitigasi aksi terorisme secara lebih maksimal.

Namun demikian, Dedi mengatakan bahwa pihaknya masih menghitung lebih lanjut mengenai jumlah rencana penambahan personel tersebut.

“Agar dapat lebih optimal dalam operasional mitigasi aksi terorisme,” jelas dia.

Berdasarkan catatan, saat ini jumlah personel yang bertugas di detasemen khusus berlambang burung hantu itu berjumlah 3.701 orang.

Kapolri pun melempar wacana untuk menambah jumlah itu menjadi dua kali lipat sehingga dapat memaksimalkan kekuatan dalam penindakan terorisme. Ia mengatakan juga bakal meningkatkan anggaran, sarana dan prasarana Densus.

Dalam pengarahannya di kegiatan Senior Level Meeting Densus 88, Listyo mengatakan bahwa Densus akan memiliki peranan untuk memantau perkembangan terorisme di skala Internasional. Menurutnya, detasemen berlambagn burung hantu itu harus dapat beradaptasi menghadapi segala bentuk tantangan ke depan.

Salah satunya, Listyo menyebutkan dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi (IT) yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku terorisme.

Diketahui, di tahun 2020 Densus 88 telah menangkap 232 tersangka kasus terorisme. Sementara, 2021 setidaknya ada penangkapan tersangka terorisme sebanyak 370 orang.

Wacana penambahan jumlah personel Densus itu digelorakan ketika Partai Ummat meminta agar pemerintah mengevaluasi kinerja Densus. Hal itu disampaikan lantaran kader partai tersebut ditangkap Densus di Bengkulu karena diduga terlibat jaringan teroris.

Sekjen Partai Ummat Ahmad Muhajir mengatakan Densus 88 memiliki rekam jejak yang tidak baik dalam menangkap terduga teroris. “Jangan sampai penangkapan ini pun, menjadi bentuk teror baru,” ucap Muhajir, Senin (14/2).