Turki Catat Rekor 77 Ribu Kasus Sehari, Omicron Menggila

Internasional557 views

Inionline.id – Di tengah penyebaran varian Omicron yang sangat cepat Turki terus mencatat rekor jumlah kasus harian infeksi virus Corona. Menurut data Kementerian Kesehatan Turki pada Rabu (12/1) waktu setempat, negeri itu mencatat 77.722 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir, angka harian tertinggi sejak pandemi dimulai.

Meski begitu, Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengatakan varian Omicron akan mengurangi keparahan pandemi karena tingkat rawat inap pasien yang lebih rendah.

Kamis (13/1/2022), Koca mengatakan bahwa rawat inap meningkat 10 persen pada bulan lalu, meskipun kasus harian melonjak empat kali lipat.

“Kita melihat angka rawat inap yang lebih rendah dibanding periode sebelumnya dari pandemi. Sepertinya varian Omicron akan mengurangi bahaya pandemi,” ujarnya.

Sebelumnya pada akhir Desember, kasus harian COVID-19 di Turki mencapai sekitar 20.000 kasus.

Data Kementerian Kesehatan pada Rabu (12/1) menunjukkan, ada 145 kematian terkait virus Corona dalam periode 24 jam terakhir. Jumlah kematian belum melonjak dalam beberapa pekan terakhir meskipun ada peningkatan tajam kasus harian.

Koca juga mengatakan mereka yang melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19 tidak akan diwajibkan untuk melakukan tes PCR tapi akan lebih lama harus diisolasi.

Dia mengatakan hanya mereka yang menunjukkan gejala COVID-19 yang akan diberikan tes PCR mulai sekarang, dan bahwa mereka yang hasil tesnya positif dapat meninggalkan isolasi setelah tujuh hari tanpa harus tes lagi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memastikan gejala varian Omicron memang lebih ringan dari gejala varian Delta. Meski begitu, varian ini berbahaya bagi mereka yang belum vaksinasi.

Seperti dilansir AFP, Kamis (13/1/2022), WHO mengatakan lonjakan global besar kasus memang disebabkan oleh Omicron. Meski begitu WHO memastikan Omicron hanya berbahaya bagi mereka yang belum divaksin.

“Sementara Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.