Meski Suntikkan 20 Juta Dosis Sehari India Gagal Capai Target Vaksinasi

Internasional157 views

Inionline.id – Sebelum akhir 2021 India gagal memenuhi target untuk memberikan vaksin COVID-19 kepada seluruh penduduk dewasa sebanyak 940 juta masing-masing dengan dua dosis.

Target itu pertama kali diungkapkan oleh Prakash Javadekar pada Mei ketika ia masih menjabat sebagai menteri pemerintahan federal.

“Vaksinasi di India akan rampung sebelum Desember 2021,” kata Javadekar ketika itu.

Sejauh mana program vaksinasi di India?
Hingga 30 Desember, 64% penduduk dewasa telah divaksinasi penuh dan sekitar 90% telah mendapat dosis pertama.

Para ahli berpendapat diperlukan waktu lama untuk mewujudkan target cakupan dengan dosis penuh.

Dr Chandrakant Lahariya, seorang epidemiolog dan ahli sistem kesehatan, mengatakan target yang dipasang pemerintah “tidak realistik” karena tak mungkin mencapai cakupan vaksinasi 100% kapan pun.

“Akan selalu ada orang yang tidak bersedia divaksinasi karena berbagai alasan,” jelasnya.

Berdasarkan catatan penyaji data, CoWin, jumlah vaksinasi mingguan telah melambat sejak pekan pertama Desember.

Sejak pertengahan Oktober, lebih banyak dosis kedua diberikan dibanding dosis pertama.

Vaksinasi harian juga fluktuatif. Jumlah terbesar dilakukan pada tanggal 17 September bertepatan dengan kelahiran Perdana Menteri Narendra Modi.

Ketika itu lebih dari 20 juta dosis vaksin diberikan kepada warga tetapi sejak itu jumlah yang diberikan tak pernah sebanyak angka tersebut.

Meskipun rata-rata bulanan pada September mencapai sekitar 8,1 juta dosis per hari, angka rata-rata tersebut turun menjadi 5,4 juta pada Oktober dan 5,7 juta pada November.

Sejumlah ahli mengatakan seandainya momentum bulan September itu dapat dipertahankan, maka India dapat mendekati target, tapi permintaan akan vaksin pada akhirnya akan turun.

Program vaksinasi, yang dimulai pada Januari, menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan suplai karena kekurangan bahan mentah, masalah logistik dan keragu-raguan masyarakat untuk divaksinasi.

Selama enam bulan terakhir tahun ini, hambatan suplai berhasil ditangani. Tantangan yang ada sekarang adalah permintaan vaksin, bukan suplai.

“Program vaksinasi melambat karena orang ragu-ragu untuk mendapatkan vaksinasi,” jelas Dr Lahariya.

Pada 3 November, pemerintah meluncurkan program vaksinasi dari rumah ke rumah.

Berapa banyak vaksin yang dapat diproduksi India?

India memproduksi sekitar 60% kebutuhan vaksin dunia. India tidak hanya harus menyediakan kebutuhan vaksin warganya sendiri, tetapi juga memenuhi komitmennya untuk pasokan global.

Saat ini, ada dua vaksin yang telah disetujui di India – yaitu Covishield (nama lokal untuk vaksin Oxford-AstraZeneca yang dikembangkan di Inggris), dan satu lagi disebut Covaxin.

Terdapat beberapa vaksin lain yang sedang menjalani uji coba, yang juga diproduksi di India.

Perusahaan-perusahaan farmasi India telah meningkatkan produksi vaksin dengan menambah fasilitas baru atau mengubah jalur produksi yang ada.

Pada tahap awal, produsen terbesar, Institut Serum India (SII), mengatakan sudah dapat menghasilkan antara 60 dan 70 juta dosis vaksin dalam sebulan. Kini SII memproduksi antara 125 hingga 150 juta dosis per bulan.

Perusahaan Bharat Biotech menargetkan produksi 200 juta dosis vaksin setahun, meskipun saat ini, mereka membuat 50 hingga 60 juta per bulan.

Menteri Kesehatan India, Mansukh Mandaviya, baru-baru ini mengatakan di parlemen bahwa stok vaksin mencapai 170 juta dosis sampai 20 Desember.

Apa persyaratan vaksin India?

Pemerintah India sebelumnya mengatakan sekitar 300 juta warganya yang berada dalam daftar prioritas mulai divaksinasi pada akhir Juli sebagai bagian dari rencana awal untuk menghadapi virus tersebut.

Program vaksinasi nasional dimulai pada 16 Januari – tenaga kesehatan dan pekerja garis depan yang pertama menerima suntikan.

Pemerintah ketika itu berencana akan menyalurkan 600 juta dosis secara keseluruhan dalam waktu tujuh bulan – sekitar 85 juta dosis sebulan.

Perusahaan memberitahukan bahwa rincian alokasi yang akan diekspor atau disimpan untuk keperluan dalam negeri masih dikerjakan.

Apa peran India secara global?

SII India juga terlibat dengan skema internasional dukungan Badan Kesehatan Dunia WHO yang disebut Covax – yaitu membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dalam mendapatkan akses atas vaksin di tengah persaingan global untuk mendapatkannya secara cepat.

September lalu, SII setuju untuk memasok 200 juta dosis untuk skema tersebut tahun ini – baik vaksin Oxford-AstraZeneca atau yang dikembangkan di AS yang disebut Novavax.

Kepala eksekutif SII, Adar Poonawalla, mengatakan kepada BBC bahwa perjanjian Covax berpotensi ditingkatkan hingga 900 juta dosis.

Jika terjadi maka komitmen total SII melalui skema ini menjadi lebih dari satu miliar dosis.

Perusahaan itu mengatakan kepada BBC bahwa mereka sekarang tengah fokus untuk meningkatkan produksi hingga 100 juta dosis dalam satu bulan mulai Maret tahun ini.

Komitmen lain apa yang dimiliki perusahaan India?

Selain skema Covax, SII juga telah membuat kesepakatan komersial bilateral dengan beberapa negara untuk memasok vaksin Oxford-AstraZeneca.

Namun muncul kebingungan setelah Poonawalla, bos SII, mengatakan awal bulan ini bahwa vaksin akan diberikan dengan syarat tidak diekspor.

Pemerintah India kemudian mengklarifikasi bahwa ekspor akan diizinkan setelah kekhawatiran muncul oleh Bangladesh, yang memiliki kesepakatan untuk mendapatkan 30 juta dosis awal.

Seorang pejabat kementerian luar negeri mengatakan kepada BBC bahwa India “benar-benar sadar akan komitmennya kepada negara tetangga dan dunia sebagai pembuat vaksin terbesar di dunia”.

Saat ini, SII juga memiliki kesepakatan dengan Arab Saudi, Myanmar dan Maroko, meskipun masih belum jelas berapa jumlahnya dan kapan vaksin dapat didistribusikan.

Nepal, Brasil, dan Sri Lanka juga dilaporkan tertarik untuk mendapatkan vaksin buatan India, baik Oxford-AstraZeneca atau Covaxin dari Bharat Biotech yang merupakan satu-satunya vaksin yang sejauh ini mendapatkan persetujuan di India.

Tapi Poonawalla mengatakan bahwa bagi SII, prioritas utama adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Setelah kami memenuhi kebutuhan awal [di India], kami akan segera mulai mengekspornya ke negara lain.”

Juru bicara aliansi vaksin global Gavi, yang membantu menjalankan skema Covax, mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya telah melakukan kontak rutin dengan pihak berwenang India dan SII.

Hasilnya, mereka “percaya diri” tidak ada penundaan dalam komitmen untuk Covax.

Ahli virologi, dokter Shaheed Jamil, menegaskan bahwa skema Covax adalah kewajiban internasional, dan akan terlihat tidak baik jika perusahaan India mengingkari kesepakatan bilateral yang telah disepakati sebelumnya dengan negara lain.

Jamil menambahkan, dengan ketersediaan saat ini: “Saya tidak khawatir India akan kekurangan vaksin.”

“Hambatannya terletak pada seberapa cepat kami dapat memvaksinasi masyarakat,” tambahnya.

Potensi tantangan lainnya adalah ketersediaan ampul kaca yang digunakan menampung vaksin. Ada kekhawatiran bahwa mungkin ada kekurangan ampul kaca di dunia.