Guru Prancis Akan Mogok Kerja Buntut dari Protes Aturan COVID-19 untuk Sekolah

Internasional557 views

Inionline.id – Pada Kamis (13/1) waktu setempat Para guru di Prancis akan melakukan aksi mogok kerja massal atas apa yang mereka katakan sebagai kegagalan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang koheren bagi sekolah untuk mengelola pandemi COVID-19, atau melindungi siswa dan staf dengan benar dari infeksi virus Corona.

Kamis (13/1/2022), para guru, orangtua, dan administrator sekolah telah berjuang untuk mengikuti aturan pengujian baru, yang diumumkan sebelum akhir liburan Natal tetapi telah berubah dua kali sejak dikritik. Pemerintah mengatakan beberapa tingkat komplikasi adalah harga yang harus dibayar untuk menjaga sekolah tetap buka.

Namun, lonjakan infeksi Tahun Baru dengan tingkat kasus harian mendekati 370.000 di Prancis telah menyebabkan kasus-kasus infeksi COVID-19 juga melonjak di sekolah-sekolah.

Itu berarti banyak sekolah telah kesulitan untuk tetap menggelar kelas belajar, sebagian karena infeksi di antara murid dan staf, tetapi juga karena setiap kasus positif COVID-19 mengakibatkan puluhan orang dikirim ke laboratorium dan apotek untuk menjalani tes atau pengujian.

“Kelelahan dan kekesalan seluruh komunitas pendidikan telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata sebelas serikat pekerja dalam sebuah pernyataan bersama.

“Tanggung jawab menteri dan pemerintah dalam situasi kacau ini adalah total karena gencarnya perubahan pijakan, protokol yang tidak berjalan dan kurangnya alat yang tepat untuk menjamin (sekolah) dapat berfungsi dengan baik,” imbuhnya.

Serikat pekerja mengatakan mereka memperkirakan banyak sekolah akan ditutup pada hari Kamis ini dan sejumlah besar guru – termasuk sekitar 75 persen guru di Sekolah Dasar – akan bergabung dalam aksi pemogokan satu hari ini.

Terkait hal ini, Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer mendesak para guru untuk tidak meninggalkan pekerjaan mereka. “Orang tidak melakukan mogok terhadap virus,” cetusnya pada BFM TV.

Sebagai tanggapan, serikat pekerja mengatakan mereka telah menyerukan pemogokan bukan untuk melawan virus, tetapi karena kekacauan yang disebabkan oleh aturan tes dan pelacakan kontak, peningkatan risiko penularan dan kekurangan masker untuk staf.