Untuk Pengendali Banjir-Irigasi PUPR Bangun 3 Bendungan Besar di Trenggalek

Antar Daerah457 views

Inionline.id – Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR membangun tiba bendungan besar di Trenggalek, sebagai sistem pengendalian banjir dan irigasi pertanian. Tiga bendungan yang dibangun adalah Bendungan Tugu, Bendung Bagong dan Bendungan Kampak.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Mohammad Rizal, mengatakan tiga bendungan tersebut akan mengendalikan limpahan air dari sisi barat, utara dan selatan Trenggalek. Sehingga diharapkan akan mampu mereduksi hingga 70 persen potensi banjir Trenggalek.

“Jadi ini menjadi satu kesatuan dalam masterplan bendungan, masuk dalam sistem Kali Ngasinan, terdiri dari Bendungan Bagong Bendungan Tugu dan Bendungan kampak,” kata Mohammad Rizal, Rabu (1/12/2021).

Dari tiga waduk tersebut baru Bendungan Tugu yang pembangunannya telah selesai. Sedangkan Bendungan Bagong saat ini masih dalam tahap pembangunan oleh PT PP-Jatiwangi KSO serta PT Abipraya-Sacna KSO.

“Untuk Bagong progresnya sampai saat ini sekitar tiga persen. Kami menargetkan awal 2024 bisa selesai seluruh pembangunan konstruksinya. Sedangkan untuk Bendungan Kampak sudah ada desainnya,” jelasnya.

Rizal menambahkan, tiga bendungan di Trenggalek tersebut memiliki daya tampung air yang berbeda-beda, karena disesuaikan dengan potensi pasokan air dari kawasan hulu. Bendungan Tugu berkapasitas maksimal 12 juta meter kubik, sedangkan Bendungan Bagong ditargetkan mampu menampung air hingga 17 juta meter kubik.

“Bagong lebih besar dibandingkan dengan Tugu dan Kampak. Kalau kampak itu kami proyeksikan bisa menampung sekitar tujuh juta meter kubik,” jelasnya.

Kepala BBWS Brantas ini menambahkan tiga bendungan tersebut nantinya akan terintegrasi sebagai instrumen pengendali banjir di wilayah Trenggalek. Sebab selama ini faktor penyebab banjir di wilayah dataran akibat limpahan air dari aliran Sungai Bagong, Sungai Keser dan Sungai Tawing. Tiga sungai itu bermuara di Sungai Ngasinan, sehingga kapasitasnya tidak mencukupi dan membanjiri kawasan permukiman dan pertanian.

“Tergetnya wilayah langganan banjir bisa terkendali 70 persen,” imbuhnya.

Sementara terkait potensi irigasi pertanian, masing-masing bendungan diharapkan akan turut meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat. Ia mencontohkan, Bendungan Tugu indeks pertanaman akan meningkat dari 160 persen menjadi 270 persen dari 1.250 hektare area persawahan.

Artinya pada musim tanam pertama bisa mengairi 100 persen atau di 1.250 hektare, di musim tanam kedua juga 100 persen, sedangkan pada musim tanam ketiga mampu mengairi 70 persen dari 1.250 hektare.

“Tanamnya tetap tiga kali, tapi luasan irigasinya semakin luas. Awalnya itu hanya 160 persen, artinya di musim tanam pertama itu 1.250 hektare, kemudian di musim tanam yang kedua hanya 60 persen dan tidak ada musim tanam ketiga. Nah dengan ini bisa tiga kali dalam satu tahun,” imbuhnya.