UMKM Mampu Menyerap 117 Juta Tenaga Kerja RI

Ekonomi057 views

Inionline.id – Devi Ariyani Direktur Eksekutif Indonesia Services Dialogue (ISD) menyebut usaha mikro kecil menengah (UMKM) mampu menyerap 117 juta orang tenaga kerja.

Hal tersebut diketahui dari survei hasil kerja sama ISD dengan Kementerian Koperasi dan UMKM. ISD sendiri merupakan organisasi payung bagi perusahaan penyedia dan pengguna jasa, pemerintah dan akademisi untuk membahas berbagai tantangan dan peluang bagi sektor jasa, khususnya di Indonesia.

Devi mengatakan UMKM di Indonesia terus tumbuh dan berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Pada 2019, terdapat 65 juta UMKM di mana 98 persen di antaranya berskala mikro.

“Ada 117 juta orang tenaga kerja yang terserap di UMKM dan 92 persennya itu terserapnya di skala yang mikro,” kata Devi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/12).

Menurut Devi, UMKM memiliki peran penting dalam pemulihan roda perekonomian. Tercatat, 60,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbangkan oleh perusahaan wong cilik pada 2019.

Lalu, 61,7 persen total PDB UMKM berasal dari usaha mikro sedangkan usaha menengah menyumbang sebesar 22,5 persen dan usaha kecil sebesar 15,7 persen.

Selama pandemi covid-19, Devi menuturkan bahwa selama pandemi covid-19 hampir semua sektor mengalami kontraksi karena pembatasan mobilitas warga. Banyak pelaku usaha awalnya terkejut namun perlahan mulai beradaptasi.

Dari hasil pengamatannya, pelaku usaha yang mampu keluar dari keterpurukan pandemi adalah mereka yang mampu berinovasi dan mampu beradaptasi dengan teknologi digital.

“Mereka mampu bertahan dalam pandemi ini bahkan ada yang mampu berekspansi,” imbuhnya.

Meski demikian, menurut Devi, investasi untuk pengembangan inovasi dan digital teknologi bagi para pelaku usaha khususnya UMKM juga diperlukan. Pasalnya, tanpa investasi di bidang jasa, kemampuan pelaku usaha untuk memanfaatkan teknologi menjadi terbatas.

Kinerja Sektor Jasa

Selain itu, Devi juga memaparkan bahwa sektor jasa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB, atau sekitar 55 persen terhadap perekonomian. Lalu, sektor jasa juga menyerap 50 persen penyerapan tenaga kerja.

“Kita lihat betapa sebenarnya sektor jasa itu memainkan peran penting dalam roda ekonomi,” imbuh Devi.

Ia pun membeberkan empat sektor jasa yang berkembang selama pandemi yaitu sektor healthcare services & telemedicine, sektor jasa pendidikan, perdagangan jasa di era digital, dan sektor jasa logistik.

Devi melihat selama pandemi bermunculan jasa healtech atau konsultasi kedokteran secara daring yang mampu menjembatani masyarakat di daerah yang mungkin jauh dari fasilitas kesehatan terlebih yang kurang memiliki dokter spesialis.

Kemudian untuk sektor pendidikan, jasa bimbingan belajar secara daring terus melejit seiring tren belajar dari rumah akibat pandemi. Sementara, untuk perdagangan jasa di era digital, saat pandemi banyak orang yang bermigrasi dari platform konvensional ke daring.

Laporan Facebook dan Baik Company (2020) menunjukkan barang yang dikonsumsi oleh konsumen Indonesia meningkat sebesar 40 persen apabila dibandingkan 2019, sedangkan jumlah online shops yang dikunjungi meningkat sebesar 30 persen.

Secara keseluruhan, jumlah konsumen digital di Indonesia bertambah 35 juta dibandingkan tahun 2018.

Sedangkan untuk sektor jasa logistik, menurut Devi, terus meningkat sering dengan perkembangan sektor perdagangan jasa di era digital atau ecommerce.

“Perkembangan jasa ini luar bisa pesatnya karena di masa pandemi ini mereka memfasilitasi adanya perdagangan,” imbuh Devi.

Tiga Fase Sektor Jasa

Lebih lanjut, ISD sendiri mencatat tiga fase dalam keberlangsungan bisnis sektor jasa. Pertama adalah terdampak, dimana sektor-sektor jasa masih akan merasakan dampak pandemi.

Selanjutnya fase kedua adalah pemulihan. Sektor-sektor jasa yang memasuki tahap ini pada awalnya terdampak pandemi, akan tetapi sudah mengalami rebound. Umumnya sektor pada fase ini tidak sepenuhnya bergantung pada interaksi dan mobilitas konsumen.

Contohnya adalah sektor jasa keuangan, jasa perusahaan, dan jasa perdagangan. Ketiga sektor tersebut mengalami puncak kontraksi pada kuartal II 2020, dan bangkit pada dua kuartal setelahnya.

Berikutnya, fase ketiga adalah ekspansi. Terdapat dua sektor jasa yang tumbuh pesat ketika masa pandemi, yaitu sektor informasi-komunikasi dan sektor jasa kesehatan.

Sektor jasa informasi dan komunikasi mengalami percepatan pertumbuhan, di mana pada kuartal IV 2020 tumbuh 10,91 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 9,78 persen. Pada era pandemi, sektor informasi dan komunikasi menjadi penggerak aktivitas ekonomi seperti perdagangan, pendidikan, hingga transaksi keuangan.

“Tujuh sektor jasa mencatatkan pertumbuhan negatif pada 2020, di mana puncaknya terjadi pada kuartal II 2020. Contohnya, pada sektor akomodasi-makanan minuman yang pada kuartal IV 2019 mencatat pertumbuhan 6,36 persen (YoY), sedangkan pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi hingga -22 persen (yoy),” ujar Devi.