Jokowi Usul Pembaruan Rantai Pasok Global Saat Berbicara Soal Keterbatasan Vaksin-Alkes

Internasional057 views

Inionline.id – Soal keterbatasan akses negara berkembang terhadap vaksin dan obat-obatan dibicarakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan hal ini sangat terasa ketika pandemi Corona melanda.

“Dampak disrupsi lebih terasa bagi negara berkembang. Pada masa pandemi, kita saksikan terbatasnya akses negara berkembang pada vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan. Tugas kita semua adalah mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang tangguh, diversified dan berkelanjutan, tidak hanya berdimensi ekonomi, namun juga pembangunan,” kata Jokowi saat menyampaikan pandangannya pada KTT Rantai Pasok Global, seperti dalam keterangan tertulis dari Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Senin (1/11/2021).

Untuk jangka pendek, kata Jokowi, ada dua hal yang harus dipastikan. Pertama, perlu ada reaktivasi konektivitas global, termasuk mobilitas pelaku usaha dan tenaga kerja.

“Kita perlu memastikan pengakuan dan keberterimaan vaksin secara universal, sesuai standar WHO, sekaligus memfasilitasi pemulihan perjalanan internasional yang nondiskriminatif,” ujar Jokowi.

Kedua, Jokowi mendorong peningkatan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global. Terkait hal tersebut, Jokowi mengatakan Indonesia telah melakukan pembenahan regulasi dan peningkatan iklim usaha, antara lain melalui UU Cipta Kerja.

“Kami juga terus mendorong dan mempercepat transformasi digital dan otomatisasi untuk meningkatkan ketelusuran rantai pasokan serta memperluas akses para pelaku usaha pada rantai pasok, termasuk UMKM,” imbuh Jokowi

Sementara itu, untuk jangka panjang, Jokowi memandang perlu kolaborasi setiap negara untuk tiga hal lainnya. Pertama, kata Jokowi, perlu ada penguatan infrastruktur logistik.

Menurut Jokowi, semua negara perlu mendukung investasi dan kerja sama teknologi guna memperkuat kapasitas dan sebaran infrastruktur logistik, terutama bagi negara berkembang.

“Melalui kemitraan swasta dan pemerintah, Indonesia sedang membangun dan memperbaharui 30 pelabuhan di seluruh wilayah kami,” katanya.

Kedua, diversifikasi sumber pasokan. Jokowi meyakini kerja sama investasi dan industri antarnegara serta penguatan arus perdagangan yang saling menguntungkan adalah kunci.

Ketiga, risiko terbesar di jangka panjang adalah proteksionisme perdagangan yang berpotensi merusak rantai pasok global.

“Kita harus bekerja sama dengan semangat saling mendukung, bukan saling membatasi, mendorong kebijakan yang konstruktif dan tidak diskriminatif, sesuai dengan prinsip hukum internasional, sekaligus menghormati konteks nasional dan hak berdaulat tiap negara,” papar Jokowi.

Jokowi Bertemu PM India

Jokowi juga sempat menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi. Pertemuan digelar di sela-sela KTT G20 di La Nuvola, Roma, Italia.

Jokowi awalnya menyampaikan perihal angka kasus COVID-19 di India dan Indonesia yang terus mengalami kemajuan secara signifikan. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak terlepas dari kerja sama kedua negara dalam penanganan COVID-19.

“Perkembangan ini tidak terlepas dari kerja sama kedua negara dalam penanganan COVID-19. Sudah menjadi komitmen Indonesia untuk terus memajukan kemitraan mitra strategis komprehensif dengan India,” ujar Jokowi.

Selanjutnya, Jokowi juga membahas mengenai presidensi G20 Indonesia yang tidak terlepas dari peran India yang bertukar tempat. Dengan mengusung tema besar ‘Recover Together, Recover Stronger’, Indonesia akan menyuarakan kepentingan negara berkembang dalam G20.

“Indonesia berharap, pemulihan ekonomi tidak hanya terjadi di negara maju, namun juga di negara berkembang,” imbuhnya.

Sementara itu, PM India menyampaikan dukungan penuh atas keketuaan Indonesia pada tahun 2022 dan menyampaikan kesiapan untuk berkontribusi dalam mensukseskan keketuaan Indonesia. India akan menjadi Ketua G20 tahun 2023.

Hal lain yang dibahas kedua pemimpin yaitu kerja sama di bidang kesehatan. Jokowi berharap industri farmasi kedua negara dapat melakukan kerja sama produksi bersama bahan baku obat (BBO), termasuk melalui pengembangan kapasitas antara perusahaan farmasi kedua negara.

“Selain BBO, kerja sama pengembangan vaksin kedua negara juga harus terus didorong,” kata Jokowi.

Kedua pemimpin tersebut sepakat untuk segera menindaklanjuti pada tingkat teknis.

Isu ketiga yang dibahas ialah percepatan pemulihan ekonomi. Seiring situasi COVID-19 yang terus terkendali, Jokowi mengajak PM Modi untuk mendorong bergeraknya kegiatan ekonomi dengan aman.

Jokowi mengusulkan dua hal yakni pembuatan jalur aman mobilitas masyarakat melalui vaccinated travel lane (VTL) dan saling pengakuan sertifikat vaksin antara Indonesia dan India.

Selain itu, Jokowi juga mengajak PM Modi mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara pascapandemi. Dia berharap kedua negara dapat memulai perundingan Preferential Trade Agreement (PTA).

“PTA sangat penting dalam rangka peningkatan dan diversifikasi perdagangan, dalam rangka mencapai target perdagangan USD 50 miliar pada 2025. Saya juga berharap investasi dua arah dapat terus didorong,” jelasnya.

Turut mendampingi Presiden dalam pertemuan bilateral tersebut yaitu Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.