Ahli Sarankan RI Perkuat Pembatasan-Vaksinasi Ketika Gegernya Varian Omicron

Berita057 views

Inionline.id – Sejumlah negara ramai-ramai menutup pintu untuk traveler dari Afrika gegara virus Corona varian Omicron. Apakah Indonesia perlu melakukan hal yang sama?

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa memblokade Afrika yang menjadi tempat menyebarnya Omicron tidaklah efektif. Sebab, hal ini hanya menunda waktu penyebaran.

“Memblokade itu terbukti nggak efektif ya. Hanya menunda atau buying time saja. Karena secara ilmiah yang bisa mencegah varian baru itu pengetatan atau screening di pintu masuk negara dengan karantina yang efektif. Dan harus dilakukan konsisten,” kata Dicky saat dihubungi, Minggu (28/11/2021).

Upaya blokade ini tidak efektif karena dilakukan ketika varian Omicron baru terdeteksi.

“Sejak awal harusnya merespons. Saat sudah ada dideteksi varian itu ya sudah telat,” ungkapnya.

Dicky mendorong agar pemerintah juga melakukan penguatan sistem pencegah dari dalam. Selain itu, dibutuhkan pembatasan.

“Penguatan sistem di dalam yang kuat. 3 T (testing, tracing, dan treatment) dan vaksinasi. Ini butuh kolaborasi. Yang harus dilakukan adalah respons pembatasan,” ujarnya.

Omicron di Afsel
Kementerian Kesehatan Afrika Selatan merespons langkah sejumlah negara di dunia menutup pintu untuk traveler dari Afrika gegara virus Corona varian Omicron. Aturan itu dianggap mengada-ada.

Varian baru virus Corona, B.1.1.529 atau varian Omicron, ditemukan pertama kali di Botswana, negara di Afrika bagian selatan. Varian itu menyebar ke Eropa dan Asia.

Deretan negara di dunia yang melarang penerbangan dari Afrika bagian selatan makin panjang. Inggris menjadi negara pertama yang menutup gerbang untuk negara-negara Afrika bagian selatan, kemudian disusul di antaranya oleh Israel, Jepang, Brasil, Australia, Thailand, dan Sri Lanka.

Menurut Kemenkes Afrika Selatan, aturan tersebut kejam, tidak bisa beralasan, dan bertentangan dengan saran WHO.

“Kami percaya bahwa beberapa reaksi tidak dapat dibenarkan,” kata Menteri Kesehatan Joe Phaahla, dikutip dari AFP.

“Kami merasa beberapa pemimpin negara mencari kambing hitam untuk mengatasi apa yang menjadi masalah dunia,” dia menambahkan.

Phaala membandingkan kasus COVID-19 di negaranya dan beberapa negara Eropa yang lebih parah. Di Afrika Selatan peningkatan kasus naik dari 300 kasus pada dua minggu lalu menjadi 3.000 kasus pekan ini. Berbeda dengan negara Eropa yang memiliki tingkat infeksi lebih dari 50 ribu kasus.

Pemerintah Ambil Langkah soal Omicron

Pemerintah kini tengah menganalisis varian tersebut. Pemerintah akan segera bertindak.

“Pemerintah sedang melakukan analisis situasi,” kata juru bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, kepada wartawan, Sabtu (27/11/2021).

Wiku mengatakan pemerintah akan segera mengambil langkah untuk mengantisipasi varian tersebut. Namun dia belum menyebutkan apa langkah yang akan diambil itu.

“Dan segera merespons dengan langkah pencegahan agar Indonesia terlindungi dari potensi penularan tersebut. Tunggu saja update dari pemerintah,” ujarnya.