Tak Hanya Hafal Dalil, Santri Diharapkan Menguasai Sains dan Teknologi

Pendidikan057 views

Inionline.id – Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid meminta para santri lebih melek digital pada era perkembangan teknologi informasi seperti saat ini.  Ke depan, santri diharapkan tak sekadar hafal dalil, namun juga menguasai sains dan teknologi.

“Tantangan hari ini, santri harus melek digital, menguasai sains dan teknologi,” ujar Jazilul Fawaid saat memberikan sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional IV Halaqoh BEM Pesantren se-Indonesia dan Launching Pesantren Digital di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Indramayu, Jawa Barat, dikutip dari siaran pers, Sabtu, 9 Oktober 2021.

Jazil memandang penting terus meningkatkan sumber daya manusia pesantren, terutama sumber daya di bidang-bidang sains dan teknologi.  “Kalau soal dalil mungkin cukup hafal. Dalil-dalil agama lengkap tetapi sains dan teknologi ini masih belum. Oleh sebab itu, di pesantren jangan ada dikotomi antara agama dan pelajaran umum,” ujarnya.

Jazil mengaku senang karena BEM Pesantren kini meluncurkan pesantren digital. Artinya, kalangan santri saat ini sudah selangkah lebih maju daripada orang-orang dahulu yang berjuang dengan menggunakan bambu runcing.

“Sekarang anak-anak kita berjuang cukup dengan jempol dan jari. Hari ini, setelah pandemi, dunia ini tidak mampu lepas dari apa yang disebut dengan dunia digital. Semua pedagang digital, belajar digital, ini tadi di Indramayu pemerintahan juga menggunakan digital,” katanya.

Kepada para kalangan santri, Jazil juga berpesan agar tidak takut, ragu, dan minder dalam menghadapi persaingan global.  Dengan diluncurkannya pesantren digital, kata Jazil, harus muncul kepercayaan diri santri untuk berkiprah di dunia mana pun, baik di bidang politik, wirausaha, pertanian, pariwisata, maupun bidang-bidang lainnya.

“Di semua sektor, santri harus ada di situ, bukan hanya di madrasah dan pesantren-pesantren. Kalau di politik, K.H. Ma’ruf Amin, kepalanya santri, menjadi wakil presiden. Akan tetapi, kalau di kalangan usaha, minim sekali kader-kader santri yang menjadi pengusaha besar,” katanya.

Oleh sebab itu, kata Jazil, teknologi dan pemberdayaan ekonomi harus menjadi tantangan yang bisa dipecahkan kalangan pesantren ke depan.

“Silakan yang mau berpolitik, itu halal. Jadi, pengusaha juga halal, penceramah juga. Kita bersaing dengan keadaan hari ini dengan nilai-nilai kesantrian,” katanya.

Menurut dia, kiprah santri di negeri ini harus maksimal sebab dalam sejarahnya pesantren lebih dahulu lahir dibanding NKRI. Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan yang paling awal berdiri di Indonesia.

Di dunia ini, kata Jazil, tidak ada Hari Santri Nasional, tidak ada UU Pesantren, dan tidak ada BEM Pesantren kecuali di Indonesia.  “Masalahnya kiprah sejarah yang sepanjang itu apakah sudah mampu menjawab kiprah santri, ini adalah tantangan yang masih harus terus diperjuangkan,” katanya.