Persiapan Pemerintah Menjelang Masa Transisi Pandemi Jadi Endemi

Headline, Nasional157 views

Inionline.id – Pada masa transisi pandemi Covid-19 menjadi endemi, pemerintah Indonesia terus memperkuat upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir, antara lain dengan percepatan vaksinasi, menjaga disiplin protokol kesehatan (prokes), penguatan 3T (testing, tracing, treatment), serta pemanfaatan teknologi informasi.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus Suprapto menjelaskan tiga tahapan pandemi menuju endemi.

Tahapan tersebut mencakup persiapan, di mana upaya preventif berupa perilaku prokes, capaian vaksinasi, serta kegiatan 3T masih harus diperkuat; tahap transisi, yakni penekanan jumlah kasus terkendali dan angka kematian.

“Pada tahap ini, kehidupan kita masuk grey area (area abu-abu, tidak pasti), semua demi menjaga prokes dan hidup berdampingan dengan Covid-19,” ujar Agus dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Selasa (19/10).

Terakhir, adalah tahap endemi yang akan terjadi setelah semua terkontrol. Agus menjelaskan, endemi akan terjadi pada skala internasional. Dengan persiapan dan transisi yang baik, maka seluruh negara dapat bersama-sama menuju ke tahap itu.

Agus optimis, apabila angka kasus semakin turun, prediksi gelombang ketiga pada akhir tahun bisa tidak terjadi. Ditambah pengendalian situasi seperti sekarang, lanjutnya, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

Memasuki periode akhir tahun, terdapat kemungkinan menurunnya imunitas warga yang mendapatkan vaksinasi pada awal tahun. Karena itu, kegiatan masyarakat selama masa Natal dan Tahun Baru harus disertai disiplin prokes dan kehati-hatian.

“Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin prokes, serta bersama-sama mendorong upaya 3T,” ujarnya.

Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting menambahkan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan sampai ada kelompok rentan yang tertinggal. Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi juga harus dilanjutkan secara terintegrasi.

“Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang harus berjuang bersama. Jadi ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa virus,” papar Alexander.

Menurutnya, ada dua gerakan yang dapat dilakukan sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, yaitu gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yang meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T.

Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama. “Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80 persen dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73 persen,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengingatkan bahwa penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran kegiatan masyarakat harus diberangi prokes ketat, misalnya menjalani tes swab antigen sebelum berkumpul.