Pemprov DKI Mencanangkan Kepulauan Seribu Nirsampah

Antar Daerah057 views

Inionline.id – Permasalahan sampah di perairan Pulau Untung Jawa, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menjadi perhatian pegiat lingkungan. Menurut hasil penelitian ITB yang melakukan observasi sebelum dan selama pandemi COVID-19, ratusan ton sampah hanyut terbawa arus di perairan tersebut.

“Saat pandemi, sampah botol dan gelas yang terkumpul bisa mencapai 4-8 kuintal per bulan. Sedangkan, pada kondisi normal, sampah botol dan gelas bisa terkumpul sekitar 8-10 kuintal per bulan,” ujar Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Dr. Neviaty P. Zamani, pekan lalu.

Menyikapi itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah bergerak untuk mengangkut sampah yang terapung di wilayah perairan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan 23 kapal pengangkut sampah.

“Selama ini, kami menangani sampah kiriman (yang terbawa arus laut) dengan mengerahkan personel, armada bantuan, serta Kapal Samtama (Sampah Tanggung Jawab Bersama),” ujarnya.

Kapal-kapal pengangkut tersebut selain memungut sampah dari laut, juga mengangkut sampah yang dikumpulkan di tempat pembuangan sampah (TPS) pada tiap pulau untuk dibawa ke dermaga Greenbay, Sunter, Jakarta Utara. Selanjutnya, truk sampah mengangkutnya ke TPST Bantar Gebang.

Asep juga menjelaskan, pengelolaan sampah yang dilakukan di Kepulauan Seribu telah mengikuti pedoman Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Jakstrada).

Pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu ini dibagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu pengurangan dan penanganan. Pengurangan melibatkan partisipasi warga ini diatur dalam Pergub No. 77 Tahun 2020.

Sosialisasi memilah sampah di Kepulauan Seribu pun telah berjalan baik. Tercatat, sebanyak 52 persen KK sudah memilah sampah rumah tangga mereka.

“Kami turut menyediakan ember di Pulau Untung Jawa untuk menampung sampah organik di lingkungan permukiman untuk diletakkan di komposter tanaman. Sementara, sampah anorganik, seperti kertas, logam dan plastik yang memiliki nilai jual akan dibawa ke bank sampah,” ujar Asep.

Asep menjelaskan, di Kepulauan Seribu, saat ini terdapat 24 unit bank sampah yang terletak di setiap Rukun Warga (RW) dan tersebar di 11 pulau.

Asep menambahkan, untuk sampah anorganik komunal yang tidak memiliki daya jual, misalnya sampah plastik kemasan, akan diolah menggunakan teknologi pirolisis. Teknologi ini mengubah sampah menjadi BBM sehingga memiliki nilai jual.

Menurutnya, teknologi pirolisis telah digunakan pada bank sampah di Pulau Pramuka yang dikelola secara kolaboratif bersama komunitas Rumah Hijau.

“Dengan berbagai upaya pengelolaan sampah, kami berharap Kepulauan Seribu bisa menjadi Pulau Nol Sampah,” kata Asep.