Nadiem Makarim Berbicara Timpang Pendidikan di Hari Kesaktian Pancasila

Pendidikan257 views

Inionline.id – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila merupakan momentum bagi negara untuk merancang kesetaraan pendidikan untuk semua kelompok masyarakat di Indonesia.

Nadiem mengatakan pandemi Covid-19 yang menerpa Indonesia mengakibatkan munculnya sejumlah tantangan untuk menghadirkan pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Salah satu dari tantangan tersebut adalah ketimpangan geografis dan sosiologis yang menyebabkan tidak semua anak Indonesia mendapatkan akses terhadap pendidikan selama pandemi ini,” kata Nadiem dalam Youtube Kemendikbudristek, Jumat (1/10).

Dia juga mengatakan, selama ini upaya pemerintah dalam pemerataan akses pendidikan selalu mengesampingkan integrasi sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Hal tersebut dinilai bisa menghambat pembangunan berkelanjutan dan pengembangan potensi anak bangsa.

“Menyadari hal tersebut, saat ini lah waktunya kita merancang keseimbangan baru yang mengedepankan semua kemajuan kelompok masyarakat dan memprioritaskan konsentrasi alam. Inilah titik berangkat kita,” kata Nadiem.

Nadiem juga memaparkan tujuan program Merdeka Belajar dan Merdeka Berkarya yang akan melahirkan generasi Pancasila. Generasi ini diharapkan dapat menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat sesuai nilai-nilai Pancasila.

“Para pelajar Pancasila itu lah yang akan meneruskan estafet pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan berkeadilan di masa depan,” tuturnya.

Nadiem sebelumnya mengkhawatirkan learning loss atau hilangnya kemampuan akademik pengetahuan dan keterampilan peserta didik akibat pandemi Covid-19. Bertumpu pada kekhawatiran itu, pemerintah memutuskan menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.

Selama pandemi Covid-19, pemerintah menetapkan kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (PJJ). Kebijakan ini disebut tak berhasil mengatasi learning loss terutama di daerah-daerah terpencil yang minim sarana internet.

Selain aktivitas pembelajaran terhambat karena pandemi Covid-19, Nadiem juga dihadapkan pada tantangan kesiapan infrastruktur dan suprastruktur sekolah di Komunitas Adat Terpencil (KAT) seperti Orang Rimba di Jambi yang kekurangan tenaga pengajar.