Juergen Klopp: Meski Liverpool Imbang, tapi Rasanya seperti Kalah

Inionline.id – Juergen Klopp menyesali betul hasil imbang Liverpool kontra Brighton & Hove Albion. Sebab The Reds membuang keunggulan dua gol.

Dalam kepercayaan diri tinggi usai membantai Manchester United, Liverpool tampil menekan sejak menit awal saat menjamu Brighton di Anfield, Sabtu (30/10/2021) malam WIB.

Liverpool tampaknya bakal menang mudah setelah memimpin 2-0 dalam tempo kurang dari 30 menit lewat gol-gol Jordan Henderson di menit keempat serta Sadio Mane di menit ke-24.

Tapi, setelah itu, Liverpool justru kesulitan menambah gol dan malah berada di bawah tekanan Brighton. Beberapa kali Brighton mampu merepotkan lewat serangan balik atau umpan-umpan panjang.

Brighton mencuri gol di menit ke-40 lewat Enock Mwepu. Hanya tertinggal satu gol, Brighton tancap gas di babak kedua sehingga Liverpool sulit mengembangkan permainan.

Gol yang ditunggu Brighton datang juga setelah serangan yang dibangung dengan rapi di pertahanan Liverpool, mampu dituntaskan jadi gol oleh Leandro Trossard di menit ke-65.

Brighton bahkan nyaris unggul beberapa kali setelah itu sebelum laga tuntas dengan skor 2-2. Kegagalan meraih tiga poin tentu patut disesali Liverpool karena mereka dijauhi Chelsea dengan keunggulan tiga poin di puncak klasemen, usai mengalahkan Newcastle United 3-0.

Maka wajar jika manajer Juergen Klopp merasa hasil imbang seperti kekalahan yang menyakitkan.

“Rasanya seperti kalah. Tidak hanya karena kami gagal menang setelah unggul 2-0, tapi juga karena permainan kami. Kami mencetak dua gol terindah yang pernah saya lihat, tapi dianulir,” ujar Klopp di BBC Sport.

“Sayang sekali gol Sadio Mane dianulir. Jika Anda ingin belajar menekan lawan, maka seperti itulah contohnya. Tapi saya rasa dianulir karena handball,” sambungnya.

“Kami tampil luar biasa di babak pertama ketika kami bisa menekan habis Brighton, memainkan umpan-umpan top di tengah dan bermain bagus, meski sayangnya cuma unggul 2-0.”

“Kami tidak cukup bagus di babak kedua. Saya sama sekali tidak suka bahasa tubuh para pemain, seperti ‘Oh Tuhan, laga ini ternyata sulit juga ya’. Ya, memang sulit sejak awal kok.”