Wamenag Menyoroti Potensi Konflik Konten Ujaran Kebencian Bawa Nama Agama

Berita057 views

Inionline.id – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menyoroti maraknya konten ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama di media sosial. Zainut menilai konten tersebut berpotensi menimbulkan konflik horizontal.

“Maraknya konten ujaran kebencian yang mengatasnamakan agama yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal, baik internal umat beragama maupun antarumat beragama,” kata Zainut, Minggu (26/9/2021).

Hal ini disampaikan Zainut saat menghadiri acara Kegiatan HUT Karang Taruna Ke-61 secara virtual. Zainut awalnya berujar, di era kemajuan teknologi saat ini, masyarakat banyak mempelajari soal agama melalui internet dan media sosial. Tak jarang pula menemukan konten provokatif, seperti ujaran kebencian terhadap suatu agama.

“Terlebih lagi kecenderungan masyarakat kita yang menyukai judul berita sifatnya provokatif dan heboh serta cenderung langsung percaya isi konten tanpa verifikasi dan tabayyun. Hal tersebut turut berkontribusi pada hoaks, kebohongan yang rencana untuk mengecoh dan menipu orang lain,” ujarnya.

Zainut mengatakan, informasi bernada ujaran kebencian dapat memicu terjadinya percekcokan antarumat beragama maupun di lingkup agama itu sendiri. Menurutnya, fenomena ini merupakan bagian yang tak terelakkan dari disrupsi perkembangan teknologi.

“Pada tantangan di atas situlah, agama harus bisa menjawabnya, mengisi kembali nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan yang terancam karena perkembangan teknologi dan perubahan zaman untuk senantiasa menghadirkan nilai agama moderat dan merupakan solusi atas ekstremitas sumbu agama, satu sumbu yang konservatif serta sumbu lainnya yang liberal,” ucapnya.

Atas hal ini, Zainut meminta agar masyarakat dapat mempelajari ilmu agama secara menyeluruh, sehingga tidak terjebak oleh sikap moderat.

“Moderasi beragama yang berprinsip pada nilai keadilan dan keseimbangan perlu terus diperkuat dengan diperluasnya setiap individu dalam mempelajari agama secara komprehensif sehingga tidak terjebak pada perbedaan pengetahuan agama yang kerap digunakan sebagai pemicu kebencian dan kekerasan,” jelasnya.