WHO Soroti Ketimpangan Vaksin Covid-19 di Indonesia

Berita057 views

Inionline.id – Penasihat Senior Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Diah Saminarsih menyoroti kondisi ketimpangan vaksin Covid-19 di Indonesia. Ketersediaan vaksin Covid-19 dinilai lebih banyak di kota besar di Pulau Jawa.

Diah menjelaskan, WHO sudah sering bicara mengenai keadilan vaksin Covid-19 atau vaccine equity di tingkat global dan tingkat nasional. Di tingkat global, Indonesia disebut berhasil mencapai keadilan vaksin karena memiliki stok vaksin Covid-19 untuk masyarakat.

“Indonesia ada di posisi tengah, di mana dia punya vaksin dari program bilateral antar negara atau langsung dengan perusahaan vaksin. Masalahnya ada di tingkat nasional, masih ada barrier [hambatan] vaksinasi di daerah,” kata Diah dalam webinar bersama AJI, Rabu (18/8).

Menurutnya hambatan vaksinasi Covid-19 di daerah mestinya bisa ditangani agar tak timbul ketimpangan capaian vaksinasi.

Hambatan seperti kesulitan akses ke layanan kesehatan, kesulitan administrasi saat hendak melakukan vaksinasi, bahkan sampai hambatan ketersediaan vaksin Covid-19 disebut olehnya harus bisa teratasi oleh pemerintah pusat.

Diah juga menyinggung soal transparansi data vaksin Covid-19 di Indonesia. Pemerintah seharusnya bisa memberi kejelasan seberapa banyak vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia dan yang didistribusikan ke tiap-tiap provinsi hingga ke kota/kabupaten.

Transparansi data distribusi vaksin ini penting sebab bisa membantu mempermudah pemantauan program vaksinasi di daerah.

Beberapa daerah dengan stok terbatas dan animo masyarakat akan vaksin tinggi bisa diberikan stok lebih banyak langsung dari pusat, atau dikirim dari daerah tetangga yang animo vaksin di masyarakatnya rendah.

“Pentingnya ada strategi kebijakan yang jelas tentang hal ini, dari sudut ketersediaan vaksin termasuk operasionalnya, transparansi dalam pembagian logistik, prioritas ke siapa saja dan ada di mana orang-orang ini menjadi penting. Mestinya itu jadi strategi pegangan di tingkat nasional,” kata Diah.

“Transparansi data vaksin itu memang sangat teknis, tapi penting karena mempermudah pemantauan dan penataan ulang dalam program vaksinasi Covid-19,” sambung Diah.

Sebagaimana diketahui, capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih terbatas di kota-kota besar di Jawa-Bali. Ketimpangan capaian vaksinasi ini jelas terlihat di provinsi luar Jawa-Bali.

Seperti di DKI Jakarta, berdasarkan data Pemprov DKI Rabu (18/8), capaian vaksinasi Covid-19 dosis pertama mencapai 102,8 persen dari target sasaran, dan 49,8 persen untuk vaksinasi dosis dua.

Sementara di Lampung, data Kemenkes mencatat capaian vaksinasi dosis pertama baru 11 persen dan 7,29 persen untuk dosis kedua.

Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi sebelumnya mengatakan vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta lebih tinggi karena kondisi penularan di Ibu Kota cukup masif. Dia juga menyinggung lambatnya penyuntikan vaksin di daerah jadi sebab capaian vaksinasi Covid-19 rendah.