Taliban Tunjuk Mantan Tahanan Guantanamo Menjadi Menteri Pertahanan Afghanistan

Internasional057 views

Inionline.id – Taliban menunjuk mantan tahanan Penjara Guantanamo, Mullah Abdul Qayyum Zakir sebagai Menteri Pertahanan Afghanistan. Penunjukan Mullah Abdul Qayyum Zakir itu diungkap sumber dari Taliban.

Penjara Guantanamo merupakan penjara berkeamanan tinggi militer AS di Kuba dimana teroris tingkat tinggi ditahan. Penjara militer di bawah Joint Task Force Guantanamo (JTF-GTMO) ini dibangun untuk menampung pelaku kriminal berat setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.

Kamis (26/8/2021), Mullah Abdul Qayyum Zakir merupakan seorang komandan veteran Taliban dan juga rekan dekat pendiri Taliban Mullah Omar.

Dilansir Daily Mail, Mullah Abdul Qayyum Zakir ditangkap oleh pasukan pimpinan AS setelah invasi mereka ke Afghanistan pada tahun 2001 dan ditahan di Teluk Guantanamo hingga 2007.

Dia kemudian dibebaskan setelah mengaku tidak berniat kembali ke medan perang. Namun, setelah dibebaskan, ia diyakini mengarahkan operasi militer di Helmand sebelum menjadi komandan militer umum Taliban.

Menurut situs berita Arab Alarby, Mullah Abdul Qayyum Zakir bertanggung jawab atas pasukan yang memasuki istana kepresidenan Afghanistan di Kabul awal bulan ini setelah pemerintahan resmi yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani runtuh.

Mullah Abdul Qayyum Zakir juga dikatakan sebagai penentang keras pembicaraan damai yang terjadi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan sebelum pengambilalihan. Penunjukan Mullah Abdul Qayyum Zakir ini dinilai tidak mengejutkan.

Mantan komandan Taliban Mullah Abdul Salaam Rocketi, yang kemudian menjadi anggota parlemen Afghanistan, sebelumnya mengatakan bahwa Mullah Abdul Qayyum Zakir adalah ‘komandan medan perang legendaris’.

“Ketenarannya membawanya ke perhatian Mullah Omar, dan keduanya menjadi dekat dari waktu ke waktu,” tambahnya.

Mantan komandan lainnya mengatakan di CS Monitor bahwa Mullah Abdul Qayyum Zakir ‘sangat berpengalaman dalam hukum syariah Islam. Dia juga telah terluka beberapa kali, termasuk di akhir 1990-an oleh bom yang juga menewaskan empat teman dekatnya.

Berita penunjukan Mullah Abdul Qayyum Zakir muncul setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengabaikan permintaan Perdana Menteri Boris Johnson dan sekutu lainnya untuk memperpanjang batas waktu evakuasi Kabul hingga melampaui 31 Agustus. Taliban memperingatkan tidak akan mentolerir penundaan keberangkatan pasukan Barat.

Boris Johnson, Emmanuel Macron dan Angela Merkel menggunakan pertemuan G7 untuk mendesak Biden agar operasi berlangsung lebih lama, tetapi permohonan itu tampaknya tidak didengar. Sumber Gedung Putih mengatakan Biden justru setuju dengan Pentagon bahwa tidak akan ada perubahan pada garis waktu misi.