IDI Mendorong Percepatan Vaksinasi Covid-19

Berita057 views

Inionline.id – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendorong seluruh anggota dan masyarakat luas untuk mempercepat vaksinasi sebagai salah satu cara mengakhiri pandemi Covid-19. Baik para dokter, tenaga kesehatan, juga masyarakat luas turut diajak bersama melawan infodemi.

Ketua terpilih Pengurus Besar IDI, Adib Khumaidi menjelaskan, selain vaksinasi, salah satu program utama PB IDI adalah pemberantasan disinformasi terkait Covid-19 dan vaksinnya.

“Respon dari masyarakat cukup luar biasa,” ujar Adib dalam webinar Perkembangan Terkini Vaksin Covid-19 di Indonesia yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, PB IDI, dan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada Sabtu (28/8).

Menurut Adib, tantangan mengatasi pandemi saat ini bertambah dengan persiapan menghadapi lonjakan kasus. Belajar dari pengalaman beberapa waktu lalu, persiapan itu masih akan diperlukan, misalnya dengan menyiapkan tempat isolasi terpusat dan sistem isolasi terpantau.

“Perlu pula untuk senantiasa mengajak semua orang menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, tidak kalah penting memastikan vaksin terdistribusi merata sampai ke seluruh penjuru Indonesia. Bukan hanya tersedia, tempat vaksinasi juga harus didekatkan dengan masyarakat,” kata Adib.

Pada kesempatan itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut vaksin terus didatangkan dan dikirim ke seluruh Indonesia. Dia mengatakan, meski ada sejumlah pertimbangan teknis dalam proses distribusi vaksin, namun bukan berarti distribusi tak sampai ke pelosok bangsa.

Selain itu, upaya tersebut juga perlu diimbangi dengan terus mendorong masyarakat agar mau menerima vaksinasi.

“Salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah cara penyimpanan vaksin jenis tertentu dalam proses distribusinya. Sebagian vaksin yang dipesan, seperti Pfizer dan Moderna, harus disimpan dalam suhu beku ekstrem. Jika tidak, vaksin akan rusak dan berkurang kualitas dan khasiatnya,” ungkap Nadia.

Sementara, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari mengakui, memang ada laporan tentang dampak setelah vaksinasi. Tetapi dia menggarisbawahi bahwa data menunjukkan bahwa 60 persen dari laporan itu dipicu oleh kecemasan.

Terlebih, seluruh vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia telah melalui uji kualitas dan khasiat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Menurut Hindra, vaksinasi bukan hal baru untuk Indonesia. Di samping itu, pengetahuan soal vaksinasi terus berkembang. Misalnya, dulu kerap dianjurkan menyediakan penurun demam sebelum vaksinasi. Kini, anjuran itu direvisi menjadi hanya jika terjadi gejala.

“Jadi kalau tidak ada gejala, sebaiknya jangan diberi pereda,” katanya.

Ketua Tim Advokasi Vaksinasi COvid-19 PB IDI Iris Rengganis menyatakan hal senada. Menurutnya, berbagai jenis vaksin telah dikenal sejak lama. Beberapa jenis vaksin harus diulang secara berkala, karena mutasi virus terus terjadi. Hal itu membuat diperlukan vaksin baru yang lebih manjur.

“Saat ini, seluruh vaksin yang beredar telah diuji keamanannya. Karena itu, tidak perlu menunggu merek tertentu sehingga menunda vaksinasi,” ujar Iris.