Pasien Covid-19 Meningkat, Kota Bogor Mengalami Kelangkaan Oksigen

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Kota Bogor, Jawa Barat, mengalami kelangkaan gas oksigen menyusul meningkatnya pasien positif Covid-19 yang membutuhkan gas oksigen untuk membantu pernapasan.

Dari beberapa depot gas oksigen di Kota Bogor seperti di Jalan Raya Otista, di Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya Semplak, dan Jalan Lawanggintung, pasokannya dari agen gas di Jakarta berkurang.

Pemilik sebuah depot gas oksigen di Jalan Lawanggintung, Bogor Selatan, Kota Bogor, Minggu (4/7), Indri, mengatakan kelangkaan gas oksigen di Kota Bogor, terjadi sejak sepekan terakhir.

Indri menuturkan, biasanya di depotnya menjual gas oksigen rata-rata sekitar 180 m3 per hari, yakni 30 tabung besar dengan kapasitas 6 m3 atau dengan tabung berukuran lebih kecil dengan kapasitas 2 m3.

Namun, sejak sepekan terakhir, pasokan gas oksigen dari agennya di Manggarai Jakarta berkurang, sehingga volume penjualannya juga berkurang.

“Biasanya kami dipasok gas oksigen sekitar 25-30 tabung gas besar berukuran 6 m3, tapi sejak sepekan terakhir pasokan berkurang menjadi sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3,” katanya.

Menurut Indri, pasokan gas yang terbatas itu diutamakan untuk kebutuhan perorangan dan rumah sakit, sedangkan untuk kebutuhan bengkel las dan pekerjaan proyek dihentikan sementara.

“Kebutuhan perorangan biasanya dimanfaatkan untuk membantu pernafasan pasien Covid-19,” katanya.

Dia menjelaskan, dari sekitar 10 tabung gas besar berukuran 6 m3 atau 60 m3, dibagi-bagi ke tabung berukuran kecil untuk melayani masyarakat yang mengisi uang ulang gas oksigen pada tabung kecil yakni berukuran, 2 m3, 1,5 m3, dan 1 m3, untuk kebutuhan per orangan.

Isi ulang gas oksigen untuk tabung berukuran 2 m3 Rp55.000, tabung 1,5 m3 Rp45.000, dan tabung 1 m3 Rp 35.000.

“Pembelinya ramai sekali tapi karena stoknya terbatas sehingga kami melayani siapa yang duluan membeli. Hanya sebentar saja, penjualannya sudah habis,” katanya.

Indri menceritakan, bahkan ada pegawai dari rumah sakit juga mencari gas oksigen ke depotnya, karena kebutuhan di rumah sakit tersebut berkurang.

Tingkatkan Kapasitas Bed Perawatan Covid

Sementara itu, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor terus berupaya menambah jumlah tempat tidur pasien terpapar virus corona di rumah sakit dan di pusat isolasi untuk menurunkan persentase tingkat keterisian tempat tidur (BOR).

“Pada Minggu hari ini BOR pasien Covid-19 di rumah sakit ada 84,0 persen. BOR tertinggi adalah 87,9 persen pada 1 Juli lalu,” kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Bima Arya, di Kota Bogor, Minggu.

“Dengan adanya penambahan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19, kami menargetkan BOR dapat turun sampai di bawah 70 persen,” kata dia yang juga Wali Kota Bogor itu.

Menurut Bima, langkah-langkah tersebut juga dilakukan untuk mengantisipasi Kota Bogor yang kini berada di zona oranye, tidak berubah ke zona merah.

Sampai Minggu (4/7), jumlah tempat tidur yang tersedia di 21 rumah sakit rujukan di Kota Bogor sebanyak 1.099 dengan tingkat keterisian 84.0 persen atau sebanyak 923 pasien Covid-19.

Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kota Bogor, dari 923 pasien yang dirawat di rumah sakit di Kota Bogor, sebanyak 452 pasien (49,0 persen) berasal dari Kota Bogor, 268 pasien (29,0 persen) dari Kabupaten Bogor, dan 203 pasien (22 persen) dari daerah lainnya.

Kota Bogor juga memiliki Pusat Isolasi Covid-19 di Gedung Pusdiklat Ciawi Bogor, dengan kapasitas 100 tempat tidur. Pada Minggu (4/7) terisi 50 pasien (50 persen).

Menurut Bima, guna menurunkan BOR pasien Covid-19, Pemerintah Kota Bogor menyiapkan dua Pusat Isolasi Covid-19 dan 11 Rumah Isolasi Covid-19 berbasis lingkungan. Kedua Pusat Isolasi Covid-19 itu adalah di Asrama Internasional Putri IPB Dragama Bogor dengan kapasitas 184 tempat tidur dan di Gedung Pusat Pengembangan SDM BNN di Lido Bogor dengan kapasitas 100 tempat tidur.

Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor 11 Rumah Isolasi Covid-19 berbasis lingkungan dengan kepasitas total 186 tempat tidur.