Hambat Merdeka Belajar, Guru ASN Masih Dibebani oleh Kegiatan Administratif

Pendidikan057 views

Inionline.id – Implementasi program Merdeka Belajar memungkinkan para guru untuk menentukan sendiri metode pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya dan dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang mereka miliki. Untuk itu, kesuksesan program ini perlu didukung kompetensi guru yang memadai.

Kompetensi guru perlu terus dibangun, salah satunya melalui kegiatan belajar mengajar dan pengembangan kompetensi mengajar. “Guru sebaiknya fokus pada tugas pokoknya dan menjadikan keduanya sebagai fokus untuk terus mengembangkan kapasitasnya dalam mengadaptasi kebutuhan siswa,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza, Minggu, 18 Juli 2021.

Namun sayangnya, aktivitas guru, terutama guru ASN lebih banyak berfokus pada aktivitas-aktivitas administrasi lain yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas mengajar. Banyak dari mereka juga andil dalam mengurus dana BOS Sekolah, menjadi Tata Usaha, serta aktivitas-aktivitas administrasi lain yang berhubungan dengan aktivitas mengajar.

“Kegiatan ini membuat mereka tidak fokus dalam mengembangkan kemampuan mengajar,” terang Nadia.

Kompetensi guru yang kurang memadai ini jugalah yang memengaruhi implementasi Merdeka Belajar selama pandemi. Dengan adanya pembelajaran dari rumah, guru-guru diharuskan mengandalkan teknologi untuk dapat berkomunikasi dan memberikan pengajaran kepada muridnya.

Alih-alih fokus pada mengembangkan metode pembelajaran yang menarik untuk para siswa, mereka justru masih harus berjuang dalam melaksanakan pembelajaran seperti biasa.  Nadia menambahkan, adanya perubahan mendadak ini menyebabkan guru-guru kesulitan dalam melakukan pembelajaran yang efektif akibat rendahnya kompetensi dalam menggunakan teknologi, terutama di kalangan guru-guru senior.

Selain itu, minimnya akses internet dan gawai pintar terutama bagi guru-guru di daerah rural Indonesia juga menjadi penghalang. Beban kerja guru-guru juga semakin berat selama masa pandemi ini karena tugas-tugas tambahan mulai dari menyiapkan konten pembelajaran daring hingga melayani pertanyaan dari peserta didik dan orangtua hingga larut malam.

Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan kepada guru selama masa pandemi ini serta memberikan ruang bagi mereka untuk perlahan-lahan tumbuh dan berkembang. Guru-guru harus diberi masukan terkait dengan metode belajar mereka.

Kepala Sekolah dapat mengimbau orang tua dan peserta didik untuk dapat memberikan masukan kepada guru-guru secara rutin.  Selain itu, lanjut Nadia, guru-guru dapat melakukan sharing session untuk saling berbagi best practice mengajar dalam masa pandemi ini. Diharapkan, dengan masukan yang ada, guru-guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik untuk peserta didik.

Guru adalah pihak yang paling mengerti kompetensi dan preferensi peserta didik di kelasnya. Sehingga sudah sewajarnya mereka diberikan kebebasan untuk merancang sistem pembelajaran yang tepat.

Akan tetapi, implementasi Merdeka Belajar sangat berbeda drastis dengan pemahaman guru-guru terkait dengan tugas mereka selama ini. Oleh karena itu, Merdeka Belajar ini akan membutuhkan waktu lama untuk dapat mengubah kebiasaan mengajar guru-guru.

“Kewajiban guru-guru untuk bertransformasi secara instan tanpa adanya pembinaan yang memadai akan sangat membebani mereka,” terang Nadia.

Merdeka Belajar merupakan program yang digagas oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim dan secara efektif mulai diimplementasikan pada awal 2020 lalu. Salah satu aspek menarik dari Merdeka Belajar ini adalah diberikannya ruang bagi guru untuk dapat menentukan sendiri metode pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya dan dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang mereka miliki.

Esensinya, Merdeka Belajar adalah terobosan baru bagi sektor pendidikan Indonesia yang dikenal sangat terstruktur, rigid, dan sangat menekankan pada tujuan pembelajaran yang menekankan pada nilai.