Pemerintah-DPR Sepakat Turunkan Asumsi Rupiah Menjadi Rp14.800

Ekonomi057 views

Inionline.id – Pemerintah dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) menyepakati perubahan asumsi nilai tukar rupiah di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 dari Rp13.900 sampai Rp15 ribu per dolar AS menjadi Rp13.900 hingga Rp14.800 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah Rp13.900 sampai Rp14.800,” ungkap Ketua Banggar Said Abdullah dalam rapat bersama pemerintah di Gedung DPR/MPR pada Rabu (9/6).

Said mengatakan perubahan disepakati sesuai dengan hasil diskusi pemerintah bersama perwakilan DPR, baik di Komisi XI dan Banggar. Perubahan dilakukan untuk menunjukkan keyakinan pemerintah terhadap pemulihan ekonomi global dan domestik pada tahun depan.

Selain asumsi rupiah, tidak ada indikator makro lain yang berubah. Misalnya, inflasi tetap di kisaran 2 persen sampai 4 persen. Lalu, tingkat suku bunga SUN bertenor 10 tahun 6,32 persen sampai 7,27 persen.

Sementara harga minyak mentah Indonesia (ICP), lifting minyak dan gas (migas), dan lifting gas masih harus diputuskan dalam diskusi antara pemerintah dan Komisi VII DPR dalam beberapa waktu ke depan. Begitu pula dengan asumsi pertumbuhan ekonomi.

Sebenarnya, indikator ini sempat ingin diubah di rapat Banggar kali ini. Said mendengar sejumlah masukan dari komisi dan mengusulkan agar target pertumbuhan ekonomi diubah dari 5,2 persen sampai 5,8 persen menjadi 5,4 persen sampai 5,5 persen.

Saat usulan ini mencuat, pemerintah yang diwakili Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu sudah memberikan persetujuannya atas perubahan ini. Said sendiri sempat memukul palu tanda disahkankan perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2022.

Tapi di akhir rapat, ia menganulir pengesahan palunya dengan meminta persetujuan dari para anggota Banggar dan juga pemerintah yang diwakili Febrio.

“Tadi berkembang masukan karena ini cukup tinggi dan pembahasan di Komisi XI sebenarnya minta waktu ditambah dua hari, memang kita mengerti bahwa ketidakpastiannya itu tinggi. Jadi keputusan asumsi yang tadi (5,4 persen sampai 5,5 persen) saya cabut dulu ya. Setelah saya cabut, saya mau ketok lagi ya jadinya 5,2 persne sampai 5,8 persen, pemerintah setuju? Oke setuju ya, memang ya siapa tahu nanti kalau kita sudah masuk di 16 Agustus, asumsinya bisa menyempit dan lebih akurat, perkembangan global sudah terbaca lebih terang,” pungkasnya.