Cedera Ligamen ACL pada Lutut dan Bagaimana Penanganannya

Kesehatan257 views

Narasumber: Dokter Andi Nusawarta
Spesialis Bedah Tulang dan Sendi Konsultan Sports Medicine dan Arthroskopi
RS EMC Sentul

Inionline.id – Cedera lutut paling banyak terjadi pada atlet, Penelitian di Amerika serikat sekitar 100.000 sampai 200.000 kasus ACL yang putus setiap tahunnya, dengan insiden tahunan 1 dari 3500 populasi, meskipun mungkin lebih tinggi (Gordon MD, Steiner ME, 2004).

Dokter Bedah Tulang dan Sendi Konsultan Sports Medicine dan Arthroskopi, Dr Andi Nusawarta MKes, SpOT menjelaskan bahwa ACL ada dua bundle, anteromedial bundle (AM) dan posterolateral bundle (PL). AM bundle akan tegang pada posisi fleksi lutut dan PL bundle akan tegang posisi ekstensi lutut. AM bundle mempunyai peran penting dalam melindungi dan menjaga lutut dalam gerakan kedepan. PL bundle melindungi dan menjaga lutut dalam gerakan rotasi.

“Cedera biasanya terjadi karena loncat dengan lutut lurus berlebihan (gaya hiperekstensi), jatuh dengan posisi tulang betis (tibia) terdorong ke belakang terhadap tulang paha, biasanya pada pemain bola yang mengalaminya saat dihadang lawan bermainnya (tackling/tackle), meloncat kemudian mendarat dengan posisi lutut terputar ke dalam (internal rotasi) atau pada saat pemain bola atau atlit sedang berlari dan mendadak terhenti dan lutut berputar (terpelintir/gaya pivoting),” jelasnya.

Pada prinsipnya cedera ACL terjadi karena tibia dan femur berputar pada arah yang berbeda ketika sedang menopang secara total terhadap berat badan. Jarang terjadi cedera ACL karena kontak langsung. Cedera ACL 70-80% mekanismenya adalah non kontak, hanya 20-30% cedera ACL melalui mekanisme kontak (Holland hospital). Cedera biasanya disertai cedera ligamen lain dan meniskus (unhappy triad/trias O’Donoghue’s/terrible triad/horrible triad)” (kombinasi cedera ACL/MCL dan Meniscus).

Pada cedera yang akut, kata Dr Andi, biasanya akan terdengar bunyi ‘pop’ dan lutut akan membengkak dan atlet tdk bisa lagi melanjutkan pertandingan.

“Pada pemeriksaan fisik khusus seperti tes drawer dan tes lachman akan ditemukan pemeriksaan yang khas menunjukkan adanya cedera ligamen ACL, dan seringkali pemeriksaan tdk bisa dilakukan karena pasien kesakitan dan lutut yang bengkak,” ujarnya.

Dr Andi menambahkan bahwa pemeriksaan sebaiknya ditunda sampai bengkak mereda dan pasien sudah tidak kesakitan.

Setelah pemeriksaan fisik, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologi x ray dan MRI. Pada pemeriksaan radiologi x ray biasanya normal, dan baru pemeriksaan MRI baru didapatkan gambaran ACL yang robek atau putus.

“Bahkan dengan MRI seringkali dijumpai cedera ligamen lain dan robekan meniscus serta didapatkannya kerusakan tulang rawan,” kata Dr Andi.

Tindakan Operasi

Dr Andi Nusawarta MKes, SpOT  mengungkapkan bahwa Robekan ACL tidak dapat sembuh dengan sendirinya sehingga membutuhkan tindakan operasi. Penanganan robekan pada ACL tergantung dari beratnya trauma, umur dan tingkatan aktivitas pasien.

“Pada pasien remaja umur 20 tahunan, tindakan operasi sangat direkomendasikan. Sedangkan pada pasien usia 30 sampai 40 tahunan, operasi direkomendasikan pada individu yang aktif atau pasien dengan cedera ligamen lainnya (misalnya cedera ACL disertai cedera MCL). Pada pasien usia 50 tahunan atau lebih, operasi jarang dilakukan kecuali yang dengan cedera gabungan dengan cedera lainnya (Holland Hospital),” jelasnya.

Cangkok atau Graft untuk menggantikan ACL yang putus dapat diambil dari tubuh pasien itu sendiri (Autograft) atau dari sumber diluar tubuh pasien (Allograft). Autograft  terutama direkomendasikan untuk pasien yang merupakan atlet atau pasien yang aktif berolahraga secara rutin. Graft untuk ACL ini dapat diambil dari tendon achiles, tendon hamstring atau tendon patellar.

“Setelah graft diambil lalu dirapikan dan dijahit kemudian pada tibia dan femur dibuat tunnel. Tunnel yang dibuat harus tepat karena sangat menentukan keberhasilan penempatan graft. Selanjutnya graft ditempatkan pada tunnel tersebut (rekonstruksi mengganti ACL yang ruptur),” ujar Dr Andi.

Kunci Sembuh di Rehabilitasi

Dr Andi Nusawarta menyebutkan bahwa rehabilitasi pasca operasi sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan hasil operasi. Rehabilitasi memegang peranan penting untuk mempersiapkan pasien agar bisa kembali aktif seperti semula. Ada tahapan yang diatur dalam proses menjalani rehabilitasi.

Hari pertama – Minggu kedua

Pasca operasi hari pertama hingga minggu kedua meminimalkan bengkak dan nyeri pada sendi lutut, tungkai dielevasi saat istirahat, memposisikan lutut pasien full ekstensi (dengan brace), Mobilitas patella dikembalikan.

” Pada tahap ini boleh latihan fleksi secara pasif (berdiri memegang kursi sambil memfleksikan lutut semampu pasien secara pasif atau sambil tidur tengkurap memfleksikan lutut), pasien boleh berjalan parsial weight bearing dengan menggunakan tongkat (brace terpasang di lutut),” ujarnya.

Minggu ketiga – keenam

Selanjutnya pada minggu ketiga sampai minggu keenam, pasien sudah mulai belajar berjalan secara normal dengan bantuan tongkat (brace terpasang di lutut).

“Latihan hanya boleh dilakukan tanpa pembebanan (sepeda tanpa pembebanan, mengekstensikan full lutut secara aktif dengan menarik kaki menggunakan tali, berjalan dalam kolam renang),” ujarnya.

Bulan ketiga – keenam

Mulai fokus melakukan latihan penguatan otot atau open kinetik change yakni fleksi ekstensi lutut dengan dengan pembebanan dan ankle kaki juga bebas bergerak.

Selanjutnya melakukan latihan proprioseptif yang lebih advance yakni berjalan dengan satu kaki secara bergantian, menangkap dan melempar bola dengan arah yang berbeda.

“Mulai juga latihan berlari dan melakukan aktifitas olahraga spesifik,” ujarnya.

Bulan ketujuh – kesembilan

Pada bulan ke tujuh sampai bulan ke sembilan, pasien sudah mulai melakukan latihan di tempat terbuka (latihan mulai ditingkatkan lebih berat, penguatan makin meningkat dan latihan proprioseptif lebih ditingkatkan). Pasien sudah latihan lari di alam terbuka  dan mulai melakukan olahraga  spesifik yang ditekuni atau digemari, untuk mempersiapkan diri agar bisa segera aktif kembali dalam olahraga tersebut.

“Selanjutnya pasien sudah bisa kembali aktif seperti sebelum cedera,” kata Dr Andi Nusawarta.

Jika Anda memerlukan konsultasi dan penanganan mengenai cedera lutut, dapat berkonsultasi langsung dengan Dr Andi Nusawarta MKes, SpOT (Dokter Bedah Tulang dan Sendi Konsultan Sports Medicine dan Arthroskopi) yang praktek setiap hari Senin (08.00 – 20.00 Wib), Selasa – Kamis (17.00 – 21.00 Wib) di Rumah Sakit EMC Sentul, Jawa Barat.