Wamenag: Pesantren Tonggak Utama Pengawal Moderasi Beragama

Pendidikan057 views

Inionline.id – Pesantren berkontribusi dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pesantren juga berperan besar dalam pembangunan bangsa, termasuk dalam mengawal pemahaman keagamaan masyarakat yang tawassuth atau moderat.

“Saya meyakini bahwa pesantren adalah tonggak utama dalam mengawal moderasi beragama,” kata Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi dalam sambutannya pada Haflatul Ikhtitam Pondok Pesantren Asshiddiqiyah di Kedoya, Jakarta, Sabtu, 3 April 2021.

Menurutnya, moderasi beragama tidak akan dapat tercipta tanpa prinsip adil dan berimbang. Prinsip seperti ini yang selama ratusan tahun diajarkan di lingkungan pesantren.

Islam wasathiyah, atau Islam tengahan, lanjut Zainut, sesungguhnya menjadi solusi antara dua ekstremitas beragama. Pertama, ekstrimitas beragama yang bersumber dari tafsir agama yang tekstualis, literer dan hanya berdasar pada dhohir nash.

“Sehingga, menyebabkan pemahaman agama yang sempit, konservatif dan ultrakonservatif, yang pada titik tertentu dapat membenarkan kekerasan dan kebencian atas nama agama,” terangnya.

Sedangkan yang kedua, kata dia, ekstremitas agama yang ingin melepaskan diri dari teks-teks agama dan mengarah pada pemahaman agama yang bebas dan liberal. “Pemerintah meyakini, pengetahuan agama Islam secara menyeluruh dan mendalam yang adil dan berimbang, banyak bermula dari tradisi pembelajaran di pesantren,” jelasnya.

Ia menyakini pendidikan model pesantren dapat menjadi jawaban atas meningkatnya semangat masyarakat untuk belajar agama saat ini. Fenomena yang ditemui, meningkatnya gairah belajar agama di masyarakat seringkali tersalurkan melalui pembelajaran lewat internet dan media sosial, yang sulit untuk dipastikan kesesuaian metode pembelajaran, sanad keilmuan, dan kapasitas pengajar agamanya.

Pembelajaran agama yang keliru terbukti berpengaruh pada munculnya eksklusivisme beragama dan intoleransi, yang berpotensi konflik di tengah masyarakat. Serta, mengancam kesatuan bangsa dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Oleh sebab itu, kami mengajak bapak ibu, dan seluruh masyarakat pesantren untuk memasyarakatkan dan memelihara Islam wasathiyah, yang merupakan solusi paling tepat menghadapi kemajemukan bangsa,” jelasnya.

Ia menyebut, misi kenabian yang diemban pondok pesantren sepatutnya memberi inspirasi dalam menghadapi segala kesulitan yang hadir. Utamanya, pada masa pandemi covid-19.

Zainut menyampaikan ucapan selamat kepada para santri yang baru saja menyelesaikan sekolah. Ia berpesan agar alumni tetap menggenggam erat nilai-nilai Islam khas pesantren, di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi seperti apapun.

“Santri kini bisa jadi apa saja, termasuk presiden, wakil presiden, ilmuwan, dokter, advokat, insinyur dan tentunya ulama. Minimal, santri menjadi pribadi yang memahami ilmu agama untuk berkontribusi positif dalam perbaikan dan peningkatan kualitas hidup bangsa dan negara secara berkelanjutan,” tegasnya.