KRI Nanggala-402: Tenggelam 850 Meter, Masih Dicari

Headline, Nasional057 views

Inionline.id – Kapal selam KRI Naggala-402 readyviewed yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) hingga Minggu (25/4) belum ditemukan. TNI telah menetapkan KRI Nanggala-402 dengan status subsunk (submarine sunk) atau tenggelam. Namun operasi penyelamatan tetap dilanjutkan dengan bantuan militer Amerika Serikat (AS).

Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, Nanggala 402 diperkirakan berada di kedalaman 700 hingga 850 meter di bawah permukaan laut di perairan Bali.

“Kedalaman yang kami deteksi ada pada kedalaman 850 [meter]. Jadi sangat riskan dan sangat memiliki kesulitan yang tinggi [untuk penyelamatan dan evakuasi],” kata Yudo saat konferensi pers.

Dalam kegiatan konferensi pers itu TNI menaikkan status pencarian KRI Nanggala 402 dari submiss menuju fase subsunk. Selanjutnya TNI menyiapkan evakuasi medis, sebagai aksi tanggap jika ada awak kapal yang ditemukan.

Yudo menjelaskan status subsunk diambil setelah ditemukan beberapa serpihan barang KRI Nanggala. Beberapa bukti otentik yang ditemukan adalah tabung torpedo, tabung air minum, hingga alat salat di sekitar radius 10 kilometer dari titik pencarian.

Temuan itu diyakini sebagai bagian dari KRI Nanggala, karena tidak ada kapal lain yang melintas di wilayah tersebut. TNI lantas membuat hipotesis bahwa kapal mengalami retakan.

“Dengan alat (serpihan dan barang) yang sudah keluar, terjadi keretakan. Karena sampai dalam 700-800 meter tentu akan terjadi keretakan di kapal selam itu. Sehingga barang-barang keluar, karena barang ini sebenarnya ada di dalam,” katanya.

“Dengan adanya bukti otentik diyakini milik Nanggala itu, sehingga saat ini kami isyaratkan untuk menaikkan status dari submiss menuju fase subsunk. Namun kami belum bisa memastikan bagaimana mereka [kondisi awak kapal], karena belum menemukannya,” ucap Yudo.

Karena ada keretakan di lambung kapal selam, air dipastikan pula telah masuk. Namun, Yudo menjelaskan, belum tentu seluruh bagian kapal terendam. Pasalnya, ada kabin yang aman dari serbuan air karena kompartemen yang tertutup rapat.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memastikan KRI Nanggala tidak meledak. Walau kondisi kapal telah retak dan berada di kedalaman lebih dari 800 meter di atas permukaan air, ledakan tidak terdengar.

“Terjadi serpihan keretakan ya, karena keretakan secara bertahap di bagian-bagian tertentu, mulai turun mulai dari kedalaman 300-500 [meter]. Enggak ada ledakan ya, karena kalau ada pasti terdengar,” Hadi menjelaskan.

Dengan kondisi ini, ada dua asumsi yang kemungkinan terjadi di dalam KRI Nanggala. Pertama, cadangan oksigen di dalam telah habis karena telah melewati batas 72 jam sejak dinyatakan hilang kontak.

Kedua, ada kemungkinan cadangan oksigen bisa bertahan hingga lima hari. Asumsi ini terjadi jika tidak ada kejadian blackout. Dalam artian tetap ada listrik di dalam kapal, yang berarti pula masih ada daya yang bekerja.

“Saya sampaikan 72 jam ketika kapal black out. Tapi kalau tidak black out, kalau ada listrik, [cadangan oksigen] bisa sampai lima hari. Kami tidak bisa lihat apakah dia black out atau enggak. Soalnya pas [kapal] masuk air [pada Rabu dini hari] lampunya masih nyala,” ucap Yudo.

Asumsi ini membuat TNI optimistis. TNI percaya seluruh awak kapal selam yang berjumlah 53 orang akan menerapkan hemat oksigen selama tenggelam. Karenanya pula TNI akan terus melakukan upaya maksimal pencarian.

Pesawat P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang tiba pada Sabtu (24/4) pun sudah ikut melakukan misi pencarian kapal KRNI Nanggala 402. P-8 ini mulai melakukan aksi pada pukul 16.00 WITA.

Adapun kapal MV Swift Rescue milik Singapura akan tiba di lokasi pada Minggu (25/4) dini hari. Pada saat yang sama TNI juga masih menanti kedatangan kapal yang dikirimkan militer Australia, HMAS Sirius.

Adapun titik pencarian ini masih tersebar di jarak 23 mile dari Utara Bali atau sekitar 43 kilometer dari Celukan Bawang.