Jokowi Menghadiri KTT, Bicara Deforestasi RI Terendah dalam 20 Terakhir

Headline, Nasional057 views

Inionline.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Leaders Summit on Climate secara virtual. Pada kesempatan itu, Jokowi memaparkan upaya Indonesia dalam menangani perumahan iklim.

“Dampak perubahan iklim sangat nyata di hadapan kita, COVID-19 membuat resesi global membuat tantangan semakin kompleks. Untuk itu saya ingin berbagi 3 pemikiran,” kata Jokowi dalam siaran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (23/4/2021).

“Pertama Indonesia sangat serius dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata, to lead by example. Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis penanganan perubahan iklim adalah kepentingan nasional Indonesia. Melalui kebijakan pemberdayaan dan penegakan hukum, lalu deforestasi Indonesia saat ini turun terendah dalam 20 tahun terakhir,” sambungnya.

Jokowi mengatakan RI berhasil menghentikan konversi alam dan lahan gambut seluas 66 juta hektare. RI, kata Jokowi, juga mampu menekan kebakaran hutan dan lahan.

“Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82% di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia dan Eropa mengalami peningkatan terluas,” kata dia.

Jokowi mengajak para pemimpin negara yang hadir untuk memajukan pembangunan hijau. Menurut Jokowi, Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

“Kedua kita harus memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik. Indonesia telah memutakhirkan NDC untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim,” katanya.

Lebih lanjut, Jokowi menekankan bahwa Indonesia menyambut baik penyelenggaraan Konvensi Kerangka Perubahan Iklim ke-26 di Inggris untuk hasil yang implementatif dan seimbang. Indonesia, kata Jokowi, juga menyambut baik target sejumlah negara menuju net zero emission tahun 2050.

“Namun, agar kredibel komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan NDC tahun 2030. Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan real, dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan,” tutur Jokowi.

Selain itu, Jokowi mengatakan untuk mencapai Persetujuan Paris dan agenda lainnya, harus ada penguatan kemitraan global. Jokowi menyebut juga harus ada kesepahaman mengenai hal itu.

“Ketiga untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, kemitraan global harus diperkuat. Kita harus membangun kesepahaman, kita harus membangun strategi dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow,” sebut Jokowi.

“Indonesia sedang mempercepat pilot percontohan net zero emission antara lain dengan membangun Indonesia green industrial park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi yang terbesar di dunia,” lanjutnya.

Selain itu, Jokowi juga memaparkan bahwa Indonesia sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 hektare. Diharapkan hutan mangrove itu bisa menyerap karbon 4 kali lipat dari hutan tropis.

“Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024 terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai 4 kali lipat dibanding hutan tropis,” kata dia.

Jokowi menekankan bahwa Indonesia juga terbuka untuk investasi dan transfer teknologi. Serta kerja sama dalam pengembangan bahan bakar nabati.

“Indonesia terbuka untuk investasi dan transfer teknologi termasuk investasi untuk transisi energi. Peluang besar juga terbuka bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium dan kendaraan listrik,” jelas Jokowi.

“Presidensi Indonesia untuk G20 di tahun 2022 akan memprioritaskan penguatan perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik. Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global yang nyata, bukan saling menyalahkan apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan,” sambungnya.

Leaders Summit on Climate ini dibuka secara resmi oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. Konferensi ini diikuti oleh 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional.

Turut mendampingi Presiden secara langsung dalam KTT tersebut yaitu Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar. Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mendampingi secara virtual.