Indonesia Mengimpor 24,4 Ribu Ton Jahe pada 2020-2021

Ekonomi357 views

Inionline.id – Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian mencatat Indonesia telah mengimpor 24,4 ribu ton jahe pada 2020 dan 2021. Jumlah tersebut terdiri dari 17.893,6 ton jahe yang diimpor 79 perusahaan sepanjang tahun lalu dan 6.524,2 ton jahe yang diimpor 46 perusahaan di tahun ini.

“Sementara ekspor jahe kita 2020 itu sebanyak 778 ton, dan 2021 ada 60 ton yang kita ekspor sampai saat ini,” ujarnya Kepala Barantan Ali Jamil di komisi IV DPR RI, Rabu (31/3).

Meski demikian, Ali menegaskan tak semua jahe impor tersebut bisa masuk dan didistribusikan ke pasar. Pada 2020, tercatat 398,7 ton jahe mendapatkan penolakan. Sementara tahun ini, sebanyak 345,4 ton yang ditolak Kementerian Pertanian.

Pasalnya pada sebagian jahe-jahe tersebut ditemukan tanah serta umbi dan daun.

“Penolakan ini tidak berujung pada pemusnahan semuanya tapi ada juga yang direekspor oleh perusahaan importir,” ucapnya.

Direktur Utama PT Mahan Indo Global Jaiprakash Soni mengaku dirugikan karena adanya penolakan tersebut. Ia menuturkan jahe sebanyak 25 ton yang ia impor dari India pada tahun ini terpaksa dimusnahkan karena ditemukan tanah.

“Perusahaan yang dirugikan. Jadi saya rasa yang kena itu kami. Kemarin kami kontrak dengan perusahaan yang memusnahkan, sudah ada kontrak tertulis Rp1.300/Kg. Satu kontainer kurang lebih 26 ton. Setelah ditarik ditimbang lagi,” ujarnya.

Jaiprakash mengaku paham bahwa jahe yang boleh diimpor adalah jahe bersih yang tak mengandung tanah. Namun, karena permintaan pasar dalam negeri lebih menyukai jahe yang masih mengandung tanah, ia memutuskan untuk tak mencuci semua jahe yang diimpor ke Indonesia.

“Sebelum itu, kami tahu informasi dari Probolinggo kalau jahe dicuci tidak laku, cepat rusak. Bisa cek juga, kalau sudah cuci dan ditaruh di kulkas berapa hari atau minggu pasti sudah berjamur atau rusak,” ungkap dia.

Mahan Indo Global sendiri, jelas Jaiprakash, merupakan eksportir yang mendapatkan jahe dari para pengepul di Probolinggo. Namun, karena permintaan jahe di dalam negeri meningkat pada tahun lalu, perusahaannya tak bisa lagi melakukan ekspor.

“Saya tidak suka impor. Tapi ini mungkin jadi perhatian pemerintah juga. Kami sudah 12 tahun ekspor tapi tahun kemarin tidak ada sama sekali dari petani,” tandasnya.