Asep Arwin Kotsara Nilai PT Tirta Gemah Ripah SPAM Cimaung Melakukan Pemborosan Anggaran

Antar Daerah357 views

Bandung, Inionline.id – Komisi III DPRD provinsi Jawa Barat melakukan kunjungan kerja ke SPAM Cimaung milik PT Tirta Gemah Ripah (TGR) yang berlokasi di Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Rabu (17/03/2021).

Kondisi Spam Cimaung saat ini dianggap cukup merugikan bagi anggaran Jawa Barat dimana setelah diresmikan pada 10 Januari 2019, hingga saat ini Spam tersebut belum bisa beroperasi akibat Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) dari Kementrian PUPR yang baru turun di Januari 2021 yang lalu.

“Rencana awal hasil produksi SPAM Cimaung ini adalah 350 liter per-detik yang disupplai ke wilayah Bandung Raya yaitu Kota dan Kabupaten Bandung dengan pembagian 200 liter per-detik untuk Kota Bandung dan 150 litet per-detik untuk Kabupaten Bandung dengan jumlah total 28 ribu rumah dimana 16 ribu rumah terairi di Kota Bandung dan 12 ribu rumah terairi di Kabupaten Bandung,” ujar Asep.

Lanjut, menurut politisi PKS tersebut Spam Cimaung menjual produk air bersihnya ini ke masing-masing PDAM kota dan kabupaten Bandung dengan harga yang berbeda dimana, 1725 rupiah per-metetĀ² untuk Kota Bandung, dan 1500 rupiah per-meterĀ² untuk Kabupaten Bandung.

“Perbedaan harga ini dipengaruhi oleh kontur wilayah dimana ketika proses pemasangan pipa (pipeing) seperti tingkat kesulitan pemasangan dan panjang pipanya sangat menentukan harga jualnya,” tutur Asep.

Walaupun SPAM Cimaung ini memiliki sistem operasi dengan computerize dan automatic, namun karena belum juga beroperasi terdapat 2 masalah penting yang menjadi catatan merah dari Asep Arwin Kotsara dan komisi III DPRD Jabar.

kunjungan kerja Komisi III DPRD provinsi Jawa ke SPAM Cimaung di Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Rabu (17/03/2021).

“Setelah masalah izin SIPA, masalah yang kedua adalah ketika dilakukan ujicoba tahap 1 dengan target 350 liter per-detik dengan kapasitas pipa supply besar ternyata hasil kapasitas yang didapatkan bukan 350 liter per-detik tetapi hanya 240 liter per-detik, jadi jauh dari rencana awalnya,” kata Asep.

Menurutnya setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggandeng konsultan, maka diperoleh hasil bahwa terdapat masalah di konstruksi bangunan, serta pipeing dan katup-katup (valve) yang sudah mulai rusak walaupun belum beroperasi.

“Ternyata banyak hal-hal yang sudah tidak sempurna seperti di konstruksinya dimana ada kekhawatiran saat 5 atau 10 tahun sudah beroperasi ada kemungkinan roboh, maka harus dikuatkan kembali, lalu banyak katup-katup yang belum beroperasi tapi sudah rusak, kemudian ada kebocoran yang besar sekali. Setelah dicek ada pipa besar di kawasan Mohammad Hatta, dibawah tanah sedalam 7 meter ditemukan kebocoran yang besar sekali,” papar Asep.

Lebih lanjut, SPAM Cimaung yang didanai oleh tiga pemodal yaitu Pemprov Jabar, Cipta Karya, dan BBWS Citarum ini dinilai sudah melakukan pemborosan anggaran karena belum beroperasi tapi sudah membutuhkan reparasi.

“Totalnya mencapai 11 miliar rupiah, angka yang luar biasa sekali, belum beroperasi tapi sudah mengeluarkan dana 11 miliar, ini yang kita sampaikan, pemborosan yang luar biasa sekali,” tegas Asep.

Dirinya menilai, harusnya diawal PT TGR melibatkan dan menghadirkan para pakar yang sesuai dengan bidangnya sehingga tidak ada pemborosan dan tidak ada dua kali pengerjaan.

“Ini belum beroperasi, tapi sudah mengeluarkan dana tambahan lagi untuk perbaikan, inilah yang menjadi perhatian buat kita kenapa ini bisa terjadi, kan pemborosan 11 miliar tersebut, itu yang kita kritisi,” tukas Asep.

Catatan kedua Asep Arwin Kotsara dan komisi III DPRD Jabar adalah, dengan adanya SPAM Cimaung tersebut diharapkan AMDAL dan dampak terhadap lingkungan sekitarnya harus betul-betul diperhatikan.

“Kami juga berharap agar SPAM Cimaung ini bisa segera beroperasi, sehingga bisa menghasilkan deviden untuk membantu pembangunan Jawa Barat, menambah PAD Jabar, dan kita minta ketika membuat sebuah planning supaya tidak dua kali kerja dan tidak terjadi pemborosan biaya, maka harus benar-benar direncanakan dan panggil konsultan yang memang benar-benar pakar dimasalah pengolahan air tersebut,” tutup Asep.