Vaksin Covid-19 Gratis Lewat Covax Dibagikan, Ghana Menjadi Penerima Pertama

Internasional357 views

Inionline.id – Ghana menjadi negara pertama yang menerima vaksin virus corona melalui inisiatif berbagi vaksin Covax.

Sebanyak 600.000 dosis vaksin AstraZeneca tiba di Accra pada Rabu (24/02). Penerima pertama adalah petugas kesehatan.

Skema Covax bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin yang tidak mampu membeli vaksin.

Program ini berencana untuk mengirimkan sekitar dua miliar dosis vaksin secara global pada akhir tahun ini.

Ghana, yang memiliki populasi lebih dari 30 juta jiwa, terpilih sebagai penerima pertama vaksin gratis setelah negara itu menjanjikan distribusi yang cepat dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Covax.

First batch of vaccines arrives in Ghana - 24 February

Vaksin yang dikirim ke Accra diproduksi oleh Serum Institute of India dan dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford.

Selanjutnya, pengiriman diharapkan untuk dilanjutkan ke negara tetangga, Pantai Gading, akhir pekan ini, kata aliansi Covax.

Vaksinasi diharapkan dimulai di Ghana minggu depan. Selain petugas kesehatan, mereka yang berusia di atas 60 tahun, orang dengan penyakit komorbid, dan pejabat senior akan diprioritaskan.

Vaksin yang dikirim ke Accra diproduksi oleh Serum Institute of India dan dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Vaksin tersebut telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan peluncurannya di Ghana bukan bagian dari uji coba.

Dosis yang dikirim ke negara-negara berpenghasilan rendah seperti Ghana didanai oleh donasi.

Selain pengadaan dan pengiriman vaksin, mitra Covax memberi dukungan pada otoritas lokal di berbagai bidang seperti melatih petugas kesehatan yang memberikan suntikan dan membantu menyediakan sistem penyimpanan dan pengiriman rantai dingin yang memadai.

Short presentational grey lineBBC

Banyak negara maju, yang memulai vaksinasi mereka sendiri beberapa bulan lalu, menghadapi kritik karena membeli atau memesan lebih banyak vaksin daripada yang mereka butuhkan.

Tetapi banyak dari negara-negara itu memesan dosis dengan perusahaan farmasi sebelum mengetahui apakah vaksin yang dikembangkan akan efektif.

Mereka memesan banyak vaksin, dengan harapan setidaknya beberapa dari mereka akan berhasil.

Inggris, yang telah memesan 400 juta dosis vaksin dan akan menyisakan banyak vaksin tak terpakai, mengatakan akan menyumbangkan sebagian besar kelebihan pasokan vaksinnya ke negara-negara lebih miskin.

Skema Covax dipimpin oleh WHO dan juga melibatkan Global Vaccine Alliance (Gavi) dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (Cepi).

Dalam pernyataan bersama, WHO dan Unicef mengatakan pengiriman itu adalah peristiwa penting dan “krusial untuk mengakhiri pandemi”.

Ghana telah mencatat lebih dari 80.700 kasus virus corona dan 580 kematian sejak pandemi dimulai. Angka-angka ini diyakini kurang dari jumlah yang sebenarnya karena tingkat pengujian yang rendah.

Meskipun vaksin umumnya tidak ditujukan untuk anak-anak, Unicef dilibatkan dalam skema tersebut karena keahliannya dalam pengadaan dan logistik pengiriman vaksin.

Apa itu Covax?

Skema Covax dibuat oleh WHO, aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) untuk berupaya mencegah negara-negara miskin tertinggal untuk mendapatkan vaksin.

Program ini dirancang agar negara-negara kaya yang membeli vaksin setuju untuk membantu membiayai akses bagi negara-negara miskin juga.

Program ini diharapkan dapat memberikan lebih dari dua miliar dosis kepada orang-orang di 190 negara dalam waktu kurang dari setahun.

Secara khusus, Covax ingin memastikan 92 negara yang lebih miskin akan menerima akses vaksin bersamaan dengan 98 negara yang lebih kaya.

A hand holds a vial of AstraZeneca's COVISHIELD vaccine as the country receives its first batch of coronavirus disease (COVID-19) vaccines under COVAX scheme, in Accra, Ghana February 24, 2021

Vaksin AstraZeneca dikenal sebagai Covishield di India. Vaksin yang dikirim ke Ghana dibuat di India.

Program ini bertujuan untuk menjangkau hingga 20% populasi negara-negara miskin, tanpa membebankan biaya kepada pemerintah mereka.

Sebagian besar negara Afrika diharapkan akan menjadi penerima Covax, tetapi beberapa negara, seperti Senegal akan mengadakan vaksin sendiri juga, di luar inisiatif tersebut.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan distribusi perdana itu adalah langkah pertama yang besar, tetapi baru permulaan.

“Kita tidak akan mengakhiri pandemi di mana pun kecuali jika kami mengakhirinya di semua tempat”, tambahnya.

Covax sejauh ini telah mengumpulkan US$6 miliar, tetapi mengatakan pihaknya membutuhkan tambahan setidaknya US$2 miliar untuk memenuhi targetnya pada 2021.

Skema ini mendapat beberapa kritik karena tidak bergerak cukup cepat.

A view from the city of Accra as people wear face masks amid the coronavirus

Warga di Accra yang memakai masker.

Salah satu anggota dewan WHO, Dr Clemens Martin Auer dari Austria, mengatakan Covax lambat untuk mendapatkan kesepakatan vaksin dan mendistribusikannya.

Pernyataan bersama pada Rabu mengatakan pengiriman ke Ghana mewakili “awal dari apa yang seharusnya menjadi operasi pengadaan dan pasokan vaksin terbesar dalam sejarah”.

Nana Kofi Quakyi, yang merupakan peneliti kebijakan kesehatan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Global Universitas New York, mengatakan kepada BBC bahwa Ghana masih akan berjuang untuk bersaing dengan negara-negara kaya untuk menutupi kekurangan dosis yang dibutuhkan, meski mereka sudah menerima bantuan dari skema Covax.

“Tantangan yang dihadapi negara-negara seperti Ghana adalah bahwa dalam pasar terbuka, daya tawar kami untuk kesepakatan bilateral tidak kompetitif dibandingkan negara-negara kaya lainnya yang … yang dalam beberapa kasus, membeli lebih banyak daripada yang mereka butuhkan.”

Graphic showing the number of vaccines ordered by some countries, and the proportion of their population covered, and which countries have over-ordered vaccines