Aksi Mogok Tenaga Medis Myanmar Protes Kudeta Militer

Internasional057 views

Inionline.id – Aksi memprotes kudeta militer di Myanmar terus dilakukan masyarakat dari berbagai kalangan. Kali ini giliran para dokter dan tenaga medis setempat yang menyampaikan protes mereka melalui aksi mogok kerja di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).

Para dokter dan staf dari sedikitnya 70 rumah sakit serta departemen medis di sebanyak 30 kota di seluruh Myanmar melakukan aksi mogok kerja pada Rabu (3/2). Aksi ini dilakukan demi memprotes kudeta yang menggulingkan pemerintahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Kelompok yang mogok itu itu menyebut diri sebagai Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar. Kelompok itu menyebut militer telah menempatkan kepentingannya sendiri di atas kesulitan akibat pandemi COVID-19 yang menewaskan lebih dari 3.100 orang di Myanmar, salah satu jumlah tertinggi di Asia Tenggara.

“Kami menolak untuk mematuhi perintah apa pun dari rezim militer tidak sah yang telah menunjukkan mereka tidak menghargai para pasien kami yang malang,” kata Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar dalam pernyataannya, Rabu (3/2/2021).

Empat dokter lainnya mengonfirmasi bahwa mereka telah mogok bekerja, namun enggan menyebut namanya.

“Saya ingin para tentara kembali ke asrama mereka dan itulah mengapa kami, para dokter tidak akan pergi ke rumah sakit,” kata seorang dokter di Yangon kepada Reuters.

“Saya tidak tahu berapa lama akan melakukan mogok kerja. Itu tergantung situasinya.”

Kelompok pelajar dan pemuda di Myanmar juga bergabung dalam gerakan ini.

Reuters tidak dapat menghubungi pemerintah Myanmar untuk mengomentari tindakan para dokter dan tenaga medis tersebut.

Militer Myanmar menggulingkan kekuasaan Suu Kyi pada hari Senin (1/2) dengan tuduhan adanya kecurangan pemilu yang dimenangkan partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) dengan telak.

Untuk memperkuat kekuasaannya, junta militer meluncurkan dewan pemerintahan baru termasuk delapan jenderal dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing. Sebelas menteri dan deputi, termasuk di bidang keuangan, kesehatan, dalam negeri dan luar negeri, telah diganti.

Dalam pertemuan pertama kabinetnya pada Selasa (2/2), Min Aung Hlaing mengulangi bahwa pengambilalihan itu “tak terelakkan” setelah militer membuat tudingan adanya kecurangan pemilu.

Kudeta ini membawa Myanmar kembali di bawah kepemimpinan diktator militer yang menguasai negara itu selama hampir setengah abad hingga tahun 2011 lalu.

Peraih Nobel Perdamaian, Suu Kyi, masih tetap ditahan meski ada seruan internasional agar dia segera dibebaskan. Seorang pejabat Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) yang dipimpin Suu Kyi mengatakan bahwa Suu Kyi menjadi tahanan rumah di ibu kota Naypyitaw dan dalam keadaan sehat.

Dalam protes publik terbesar terhadap kudeta sejauh ini, orang-orang di pusat komersial Yangon berteriak agar ‘kejahatan menjauh’ dan membunyikan panci pada Selasa (2/2) malam, sebagai isyarat tradisional untuk mengusir kejahatan atau karma buruk.