Praktik Baik Sekolah Mengendalikan Gizi Siswa Saat Pembelajaran Jarak Jauh

Pendidikan057 views

Inionline.id – Angka prevalensi anemia di kalangan remaja, utamanya pelajar Indonesia berada di atas 20 persen. Angka itu terbilang buruk jika mengacu pada data organisasi kesehatan dunia (WHO) yang menyebutkan jika prevalansi anemia harus di bawah 20 persen.

Anemia salah satunya dipengaruhi oleh rendahnya asupan gizi. Buruknya kualitas gizi ini dikhawatirkan akan memengaruhi tingkat kemampuan siswa dalam belajar.  Untuk itu perlu ada pengendalian gizi bagi para pelajar. Terutama pada saat pandemi covid-19.

Salah satu praktik baik diterapkan SDN Leuwigajah Mandiri 1, Jawa Barat yang merancang program pemantauan gizi anak selama Belajar di Rumah. Kepala Sekolah SDN Leuwigajah Mandiri 1 Jawa Barat, Eti Rusyati menyampaikan, pihaknya membuat skema penanaman karakter untuk anak agar mengonsumsi makanan bergizi.

Belajar dari rumah pun tidak menjadi halangan untuk tetap mengontrol gizi anak didiknya. Program pertama ialah makan bersama gizi seimbang (Mabar Zimba).

“Sebelumnya ketika di sekolah, para murid melaksanakan makan bersama setiap hari Jumat bersama para guru dan siswa lain. Sekarang, program dilakukan tiap hari dengan mengirimkan bukti foto atau video ke wali kelas masing-masing,” kata Eti dalam siaran YouTube Direktorat Sekolah Dasar, Senin, 25 Januari 2021.

Program selanjutnya ialah Gerakan cuci tangan bersama (Gucitama). Waktu belajar dari rumah sekalipun, siswa harus membiasakan cuci tangan setiap hari dan sesering mungkin.

“Ini anak-anak atau orang tua diharapkan ngirim juga videonya atau fotonya melalui wali kelas masing-masing,” jelasnya.

Kemudian, ada program Sikat gigi bersama (Sigiber), yang akan membiasakan anak menyikat gigi dengan benar. Pada waktu belajar dari sekolah, siswa menyikat gigi bersama setiap hari Rabu, setiap setelah istirahat makan siang, guru memandu bagaimana cara sikat gigi yang benar.

“Pada waktu anak belajar di rumah, siswa menggosok gigi di rumah setiap hari, namun laporannya juga sama bergiliran melalui wali kelas masing-masing dan diusahakan untuk dirumah menggosok giginya itu sesering mungkin pada minimalnya pas bangun tidur, setelah makan dan menjelang tidur,” ucap Eti.

Selanjutnya, terdapat pengukuran berat badan dan tinggi badan yang tujuannya untuk memantau status gizi siswa. Pada waktu di sekolah, pengukuran yang dilakukan setiap awal semester dan akhir semester dan dihitung status gizinya oleh Poltekes Kemenkes.

“Jadi apakah anak itu setelah melakukan Mabar Zimba tadi sesuai dengan indeks massa tubuh. Kemudian di rumah juga anak disuruh ditimbang tetapi pengukuran ini hanya untuk berat badan saja dan dilakukan di rumah oleh siswa yang hanya mempunyai timbangan. ini juga dilaporkan ke wali kelas masing-masing,” terang dia.

Dia juga meminta agar ada pemantauan fisik dan makanan oleh guru melalui video yang dikirimkan. Hal ini dilakukan supaya antara asupan yang dimakan anak cukup guna menghindari potensi obesitas.

“Kemudian pembiasaan yang lain di antaranya adalah memilih dan mengonsumsi jajanan sehat di rumah, dilatih atau melatih keterampilan siswa dalam literasi gizi dengan membaca tanggal kedaluwarsa pada makanan, minuman, kemasan yang dikonsumsi,” pungkasnya.