Mengenal SWF yang Digadang akan Menjadi Pintu Masuk Investasi ke RI

Ekonomi157 views

Inionline.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi membentuk Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA). Ini merupakan lembaga pengelola investasi dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) di tanah air.

Saat ini, lembaga ini sudah memiliki dua dewan pengawas, yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri BUMN Erick Thohir. Nantinya, LPI juga akan memiliki tiga dewan pengawas lagi yang calonnya sudah disetujui Jokowi, yaitu Darwin Cyril Noerhadi, Yozua Makes, dan Haryanto Sahari.

Setelah itu, para jajaran direksi akan dipilih dan masuk untuk menjalankan fungsi lembaga tersebut. Rencananya, lembaga itu bisa mulai beroperasi pada April 2021.

Di sisi lain, Jokowi sudah mengeluarkan aturan penyuntikan modal awal untuk LPI, yaitu mencapai Rp75 triliun. Namun, penyuntikannya terbagi, di mana tahap awal Rp15 triliun dan selanjutnya dibeikan di tahap-tahap berikutnya.

Lantas apa sebenarnya lembaga pengelola investasi dana abadi tersebut?

Secara prinsip, SWF merupakan pengelolaan investasi yang berasal dari kelebihan kekayaan negara atau sering disebut sebagai dana abadi. Dari sisi sumber dana, SWF bisa berasal dari kekayaan negara yang terbagi atas dua bentuk.

Pertama, dari sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui seperti minyak, gas, dan mineral. Kedua, dari aset keuangan yang diinvestasikan, misalnya saham, surat utang atau obligasi, logam mulia, dan instrumen lain.

“Mudahnya, SWF adalah tabungan negara. Jadi kelebihan yang dimiliki negara, diinvestasikan dengan tujuan untuk return (imbal hasil) yang lebih besar lagi,” jelas Bambang P.S. Brodjonegoro yang dulu pernah mewacanakan pembentukan SWF saat menjabat menteri keuangan pada 2014-2016 di situs Kementerian Keuangan, dikutip CNNIndonesia.com pada Selasa (26/1).

Sumber kekayaan negara itu sejatinya tidak terbatas dari Indonesia saja. Negara-negara lain juga bisa mengalirkan dana abadinya ke lembaga SWF di Indonesia.

Saat ini, Indonesia sebenarnya sudah memiliki lembaga pengelola dana abadi. Namun, pengelolaan dibatasi untuk tujuan tertentu, misalnya pendidikan, penelitian, dan lainnya.

Contohnya saat ini ada Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN), Dana Abadi Penelitian, serta Dana Abadi Kebudayaan dan Dana Abadi Perguruan Tinggi.

“Hasil investasi dari dana abadi tersebut ditujukan untuk meningkatkan akses ke masyarakat pada jenjang pendidikan tinggi, peningkatan kualitas riset, pemajuan kebudayaan nasional, dan peningkatan kualitas PT,” terang Sri Mulyani.

Indonesia juga memiliki lembaga pengelola dana abadi untuk bantuan luar negeri, yaitu Indonesian Agency for International Development. Alokasinya mencapai Rp2 triliun pada 2019.

Pemerintah sendiri pernah menggagas SWF di bidang investasi, yaitu melalui pembentukan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Lembaga ini merupakan Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan.

Namun, seluruh aset PIP kemudian justru dialihkan untuk memperkuat modal PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Selanjutnya, SMI menjadi pengelola dana investasi, entah dari pemerintah dan pinjaman luar negeri untuk pembangunan proyek infrastruktur.

Namun, Presiden Jokowi melihat Indonesia tetap perlu lembaga pengelola investasi secara menyeluruh. Sebab, ia ingin ada lembaga yang mampu mengelola sumber-sumber pendanaan untuk pembangunan yang tidak hanya berbasis pinjaman atau utang, namun tidak cuma mengandalkan para BUMN karena bisa membebani.

“Ini (LPI) merupakan sumber pembiayaan pembangunan yang baru. Ini menyehatkan ekonomi, sehatkan BUMN di sektor infrastruktur dan energi,” kata Jokowi.

Di dunia, SWF bukan barang baru. Sejumlah negara pun sudah memiliki SWF.

Negara tetangga Indonesia, Singapura, memiliki SWF melalui Temasek Holdings. Sementara Malaysia dengan Khazanah Nasional dan 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Kemudian, China memiliki China Investment Corporation, SAFE Investment Company, National Social Security Fund, dan China-Africa Development Fund. Begitu pula dengan Hong Kong melalui Hong Kong Monetary Authority Investment Portofolio dan Korea Selatan dengan Korea Investment Corporation.

Sementara AS yang minat berinvestasi di SWF Indonesia memiliki lembaga serupa per wilayah bagian. Misalnya, West Virginia Future Fund, Oregon Common School Fund, Louisiana Education Quality Trust Fund, Utah-SITFO, Idaho Endowment Fund Investment Board, Alabama Trust Fund, North Dakota Legacy Fund, Permanent Wyoming Mineral Trust Fund, hingga Permanent University Fund.