Supono Menilai Aplikasi Dalam Sistem Menjadi Masalah Besar Santri di Jawa Barat

Pendidikan157 views

BANDUNG, Inionline.id – Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, para santri khususnya santri salafiyah (yang mempelajari kitab kuning) harus mampu menguasai teknologi digital pada Selasa (01/12/2020).

Menurut Kang Uu, banyak program-program pemerintah yang tidak sampai kepada santri akibat kurang paham terkait teknologi digital.

“Sebagai pemerintah, kami merasakan saat program-program berawal secara daring (online), banyak pesantren yang diharapkan mendapatkan program ini malah tidak kebagian, alasannya tidak memahami bagaimana caranya (mengakses program online),” ucap Kang Uu.

Selain itu, ia mencontohkan, program beasiswa khusus santri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kurang terserap oleh santri-santri salafiyah di Jabar. Alasannya, kata Kang Uu, adalah kurangnya pemahaman santri tentang teknologi digital.

“Bahkan sekarang ada program beasiswa dari BAZNAS untuk para santri salafiyah, sampai sekarang masih belum banyak peserta, belum antusias. Padahal itu kan sebuah program yang sangat luar biasa untuk para santri salafiyah,” kata sosok yang juga Panglima Santri Jabar ini.

Kang Uu pun menjelaskan, pemahaman terkait teknologi digital bagi para santri penting dalam hal berdakwah.

Menurutnya, dengan dakwah digital, para santri tak lagi harus mengumpulkan jamaah untuk belajar agama. Dakwah digital juga akan mampu menjangkau lebih banyak jamaah di saat yang bersamaan, terutama di masa pandemi COVID-19.

“Kalau santri sudah memahami tentang digital, mereka dakwah tidak usah mendatangkan jamaah banyak. Dengan dakwah digital, semuanya bisa tersalurkan, bahkan bisa lebih banyak lagi (jamaah yang mengikuti dakwah lewat digital),” tutur Kang Uu.

Menanggapi hal tersebut, anggota komisi IV DPRD Jawa Barat dari fraksi PAN, Supono mengatakan bahwa para santri jangan buta terhadap tekhnologi dan informatika sudah menjadi jargon yang sering didengungkan di Jawa Barat.

“Cuma memang aplikasi atau penerapan secara serius dalam sebuah sistem, itu yang menjadi persoalan besar, itu belum pernah secara serius dilakukan selama ini,” terang Supono.

Dirinya mencontohkan kepada sistem pendidikan nasional yang faktanya tidak dalam satu atap.

“Kementrian agama sendiri, kementrian pendidikan sendiri yang arahnya dan gradasinya berbeda-beda,” imbuh Supono.

Dirinya menilai ada suatu kewajaran dan menilai positif terhadap pernyataan Uu Ruzhanul Ulum agar para santri harus menguasai tekhnologi.

“Bahwa mungkin keresahan beliau ternyata para santri tertinggal dalam tekhnologi karena itu perlu disetarakan atau di fasilitasi. Karena itulah saya kira perlu ada perhatian pemerintah antara kementrian pendidikan dan kementrian agama di tingkat provinsi perlu membicarakan aplikasinya seperti apa,” pungkas Supono pada Rabu (02/12/2020).