Sekolah Dinilai Perlu Menghidupkan Budaya Berbeda Pendapat

Pendidikan057 views

Inionline.id – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno mengatakan, budaya mengemukakan pendapat meluntur di sekolah. Pola ini dinilai berbahaya bagi perkembangan pemikiran peserta didik.

Totok mengatakan, dalam satu kelas, para murid sudah pasti memiliki pandangannya masing-masing menyikapi suatu hal. Namun, kata dia, murid seringkali justru takut mengemukakan pendapatnya, apalagi jika berbeda dari yang lain.

“Kadang-kadang pemikiran beragam juga diberangus, misalnya di sekolah itu tidak ada dialog, semua datang dari guru pendapat itu, tidak bebas anak mengemukakan pendapat yang berbeda,” ungkap Totok dalam diskusi Refleksi Akhir Tahun Pendidikan Keragaman di Indonesia Sejauh Mana? secara daring, Selasa, 29 Desember 2020.

Menurut Totok, seharusnya pemikiran murid dapat tersalurkan, dan guru membuka ruang diskusi. Proses pembelajaran tak boleh hanya satu arah dan minim dialog.

“Ini semua setuju apapun yang dikatakan oleh Bapak Ibu gurunya, tidak ada debat, tidak pernah ada diskusi atas pendapat yang berbeda, ini juga bahaya. Anak akhirnya tidak terbiasa menghargai pendapat yang berbeda dari temannya,” terang Totok.

Totok justru khawatir jika murid tidak pernah berbeda pendapat atau pendapatnya dipaksakan para guru sejak dini. Jangka panjang, kata dia, para murid akan kesulitan menghargai perilaku, agama, atau ciri tubuh yang berbeda.

“Jadi ini laten tanpa disadari barangkali praktik yang kelihatannya kecil ini menjadi sangat penting. Memberangus ide-ide keberagaman sama seperti memberangus toleransi dan saling menghargai. Cara anak belajar toleran padahal terbiasa dengan perbedaan yang ekstrim sekalipun,” ujarnya.