Menko Airlangga Melihat Pemulihan Ekonomi RI Semakin Nyata

Ekonomi157 views

Inionline.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemulihan ekonomi dalam negeri kian terlihat nyata. Itu tercermin dari perbaikan yang terjadi pada dua sisi, produksi dan permintaan.

Untuk sisi permintaan, perbaikan bisa dilihat dari rilis data inflasi November. Sebagai catatan, BPS beberapa waktu lalu mengumumkan terjadi inflasi 0,28 persen pada November kemarin.

Sementara dari sisi produksi, perbaikan bisa dilihat dari laporan IHS Markit periode November 2020 yang berada di level 50,6 atau naik hampir 3 poin dari Oktober yang hanya 47,8.

“Indikator PMI yang telah melampaui batas 50 ini menunjukkan korporasi dan industri Indonesia beranjak pada tren ekspansif meskipun kenaikannya masih terbatas,” ujar Airlangga, Kamis (3/12).

Selain itu perbaikan juga tercermin dari operasional perusahaan yang rata-rata telah menunjukkan sinyal positif karena adanya pemulihan dari sisi permintaan dan catatan utilitas industri.

Menurut catatan utilitas industri Kementerian Perindustrian periode April sampai Oktober 2020, rata-rata utilisasi total sebesar 56,5 persen. Itu mengalami kenaikan dari periode April sampai September 2020 yang hanya 55,3 persen.

Peningkatan utilisasi terjadi pada beberapa sektor industri antara lain percetakan 40 persen, bahan kimia 68 persen, logam dasar 38 persen, komputer dan barang elektronik 55 persen, alat angkutan lainnya 45,2 persen serta furnitur 47 persen.

Laporan IHS Markit juga memberikan catatan bahwa ekspansi pabrikan masih terbatas yaitu investasi yang terjadi melanjutkan kapasitas produksi dan pesanan periode sebelumnya sehingga upaya untuk mendorong permintaan domestik sangat penting.

“Untuk menjaga momentum perbaikan indeks PMI melalui ekspansi kapasitas produksi kita memerlukan dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik,” katanya.

Hal yang perlu mendapat perhatian untuk perbaikan pada sisi produksi adalah kemudahan untuk kegiatan perekrutan pekerja yang selama sembilan bulan terakhir menghadapi peningkatan PHK akibat pandemi.

Rantai pasok untuk ketersediaan bahan baku selama masa pandemi mengalami hambatan terutama kurangnya tenaga distributor yang menyebabkan penundaan pengiriman.

Airlangga menambahkan kenaikan biaya input pada November 2020 menyebabkan harga bahan baku meningkat dan depresiasi rupiah yang mendorong inflasi menjadi lebih tinggi yang menyebabkan beban biaya kepada konsumen.

“Mayoritas korporasi mengharapkan output produksi semakin meningkat sejalan dengan membaiknya sisi permintaan,” tegasnya.

Demikian pula dengan catatan dari tren impor bahan baku dan bahan penolong yang hingga Oktober terus mengalami penurunan meskipun pada November 2020 mulai

Airlangga mengatakan kondisi yang semakin baik dan upaya menjaga momentum tren ekspansif dari sisi permintaan maupun produksi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV.

“Untuk melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV. Kita perlu menjaga momentum perbaikan kegiatan ekonomi baik permintaan maupun produksi,” ujarnya.