Korea Utara Diyakini Mempunyai Bom 6 Kali Lebih Dahsyat dari Bom Hiroshima

Internasional257 views

Inionline.id – Para analis mengatakan kemampuan militer Korea Utara meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang diyakini sudah bisa menembakkan rudal, yang di atas kertas, bisa mencapai New York.

Juga, Korut diperkirakan sudah bisa mengembangkan bom hidrogen, yang kekuatannya enam kali lebih dahsyat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada 1945.

Catatan menunjukkan, sepanjang 2017, Korea Utara menguji coba beberapa rudal yang memperlihatkan kemajuan pesat di bidang teknologi militer.

Rudal Hwasong-12 misalnya diperkirakan memiliki daya jangkau hingga 4.500 km yang bisa dipakai untuk menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Guam di Samudra Pasifik.

Korut juga sudah menguji coba Hwasong-14, yang menurut beberapa kajian, bisa menempuh jarak 10.000 kilometer jika ditembakkan dengan trajektori maksimum.

Dengan spesifikasi seperti ini, Hwasong-14 menjadi rudal balistik antarbenua pertama yang dimiliki Korut yang bisa dipakai untuk menembak sasaran di New York.

Di luar itu, Pyongyang menguji coba Hwasong-15 yang bisa ditembakkan ke angkasa setinggi 4.500 kilometer atau 10 kali lebih tinggi dibandingkan Stasiun Ruang Angkasa Internasional.

Jika ditembakkan dengan trajektori yang konvensional yang lebih landai, rudal ini punya daya jelajah maksimum 13.000 kilometer.

Artinya, seluruh daratan AS berada dalam jangkauan tembak Korut.

Meski demikian, masih ada keraguan apakah rudal-rudal ini sukses membawa hulu ledak. Yang kedua, apakah Korut punya kemampuan menembak sasaran di tempat-tempat yang jauh secara akurat?

‘Luncurkan rudal dari kapal selam’

Korut melakukan serangkaian uji rudal jarak pendek pada Juli dan Agustus 2019, yang mereka gambarkan sebagai “peringatan” atas langkah AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer.

Kim Jong Un, Korea utara

BBCSpesifikasi rudal Hwasong.

Kemudian pada Oktober, Korut melakukan uji coba penembakan rudal dari kapal selam.

Secara teori, menembakkan rudal dengan hulu ledak nuklir dari kapal selam akan menambah kemampuan serang Korut, selain juga membuat platform yang dipakai untuk menembakkan rudal menjadi lebih sulit untuk dideteksi.

Namun, Korut tidak akan dengan mudah melancarkan serangan dengan cara ini, karena kapal selam yang mereka miliki tergolong tua dan kemampuannya juga terbatas.

Peningkatan pesat kemampuan militer yang dicapai hanya dalam waktu singkat ini memunculkan pertanyaan, bagaimana semuanya dicapai oleh negara yang terisolir tersebut?

Beberapa kajian memperkirakan, Korea Utara diyakini mendapatkan komponen-komponen high performance yang didapat dari jaringan-jaringan gelap di Rusia dan Ukraina

Sejak akhir 2019, Korut terus meningkatkan program persenjataan, antara lain dengan melakukan uji peluncuran rudal beberapa bulan lalu.

Pada Juli, pemimpin Korut Kim Jong-un mengatakan berhasil mengembangkan senjata nuklir “dengan kemampuan absolut” dan menambahkan bahwa negaranya sekarang “bisa melindungi diri sendiri … berkat pertahanan nuklir yang efektif dan andal”.

Bom termonuklir

Pada 3 September 2017, Korut melakukan uji nuklir terbesar mereka di Punggye-ri.

Diperkirakan daya ledak senjata yang diuji antara 100 hingga 370 kiloton. Sebagai gambaran daya ledak 100 kiloton enam kali lebih hebat dibandingkan kekuatan bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945.

Korut mengeklaim bahwa uji pada awal September 2017 tersebut adalah senjata termonuklir pertama mereka.

Senjata termonuklir, dikenal juga dengan sebutan bom hidrogen, adalah senjata nuklir yang memanfaatkan energi dari reaksi nuklir utama untuk memadatkan dan membakar reaksi fusi nuklir kedua.

Situs uji coba senjata militer Korea Utara di Punggye-riBBCPada 3 September 2017, Korut melakukan uji nuklir terbesar mereka di Punggye-ri.

Intinya, ledakan bom atom diperkuat dengan proses fusi kedua untuk menghasilkan ledakan yang jauh lebih dahsyat.

Badan intelijen AS meyakini Korut sudah berhasil membuat “miniatur bom hidrogen” dan memasangnya sebagai hulu ledak nuklir ke rudal.

Pada April 2018, Pyongyang mengatakan mereka tidak akan melakukan lagi uji nuklir karena kemampuan mereka “sudah terverifikasi”.

Korut juga berjanji untuk membongkar situs uji di Punggye-ri dengan meledakkan beberapa terowongan, yang dihadiri oleh beberapa wartawan asing, namun Pyongyang tak mengundang tim ahli internasional.

Dijanjikan pula bahwa semua fasilitas pengayaan uranium akan dihancurkan.

Di luar perangkat keras, Korea Utara juga memiliki jutaan tentara, salah satu yang terbesar di dunia, dengan lebih dari satu juta personel.

Tentara cadangan Korut diperkirakan sekitar lima juta orang.

Sebagian besar peralatan perang memang sudah tua dan mungkin banyak pula yang sudah tak bisa dipakai lagi, namun kekuatan konvensional masih bisa membuat kerusakan dalam skala besar.

Korut juga memiliki 200.000 tentara di unit-unit pasukan khusus yang siap “diselundupkan” ke Korea Selatan seandainya pecah perang di antara kedua negara.

Ancaman lain berupa peralatan artileri dan peluncur roket yang ditempatkan di sepanjang perbatasan.

Jika ini dikerahkan, kerusakan bisa terjadi di Seoul, yang berjarak hanya 60 km dari perbatasan.

Korut bisa juga menggunakan senjata kimia. Pada 2012, pemerintah Korea Selatan memperkirakan Pyongyang mungkin punya 2.500 hingga 5.000 ton senjata kimia, mungkin salah satu cadangan yang terbesar di dunia.