Wakil Ketua DPRD Jabar dan Komisi V Apresiasi Terobosan Studenesia Permudah Pembelajaran Daring

Pendidikan157 views

Bogor, Inionline.Id – Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Achmad Ru’yat memimpin komisi V DPRD Jawa Barat melakukan kunjungan kerja ke SMP YPPI-Ar Rahmah, Jalan M Toha, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, pada Senin (28/09/2020). Dalam kunjungan tersebut Ru’yat mengatakan bahwa tujuan utama dari lawatan tersebut adalah untuk meninjau project Studenesia Gerakan Sadar Indonesia atau Sekolah Daring Rakyat Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.

Selain itu Ru’yat pun menyempatkan diri untuk menyampaikan sumbangan dari komisi V DPRD Jabar untuk SMP YPPI sebagai simbol dukungan terhadap dunia pendidikan. “Kami pun diberikan plakat sebagai kenang-kenangan yang baik hasil dari kunjungan ini,” tutur Ru’yat.

Wakil ketua komisi V DPRD Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya menyampaikan apresiasi kepada Studenesia karena sudah berkreasi secara luar biasa. “Studenesia telah melakukan langkah-langkah terobosan berupa inovasi untuk bagaimana pendidikan dilaksanakan ketika tatap muka tidak bisa dilakukan dan daring susah, mereka menemukan solusinya,” ujar Hadi.

Politisi PKS ini mengakui bahwa direktur utama Studenesia yaitu Rahayu Hardita telah mengirimkan surat kepada komisi V DPRD Jawa Barat agar para legislator di provinsi Jawa Barat bisa mengetahui dan bisa memanfaatkan terobosan tekhnologi yang Studenesia ini lakukan.

Wakil ketua komisi V DPRD Jawa Barat (Abdul Hadi Wijaya) mengapresiasi terobosan Studenesia dalam dunia pendidikan daring pada Senin (28/09/2020).

“Semangatnya adalah, pada era sekarang ini ketika belajar di sekolah tidak mungkin apabila di zona seperti Kabupaten Bogor ini, Bekasi, Bandung, daerah-daerah yang merah, Depok apalagi yang rata-rata masih sangat-sangat kondisi siaga 0, kami dapati bahwa kondisi belajar daring itu enak gak enak, kesulitannya setelah kami komisi V petakan dalam rapat-rapat daring komisi V dengan dinas pendidikan di provinsi Jawa Barat, masalah pertama adalah gadget, banyak yang tidak punya, akhirnya solusinya melalui BOS Afirmasi diselesaikan dengan meminjamkan tablet yang dimiliki oleh sekolah bagi siswa yang tidak punya gadget, ada 38 ribu lebih yang dipinjamkan se-Jawa Barat,” imbuh Hadi.

Lebih lanjut menurut politisi PKS ini, masalah berikutnya adalah pulsa atau kuota internet, berikutnya adalah jaringan. “Memang dalam APBD perubahan, pemprov telah menganggarkan besar kepada dinas kominfo untuk pelengkapan jaringan, dan masalah berikutnya adalah bosan ini susah solusinya, maka ini yang diperluakan adalah adanya terobosan untuk kontennya supaya materi belajar tersampaikan dengan baik, guru tidak bosan, murid tidak bosan, tapi murah meriah, kalau bisa gratis, murah, nyaman dan enak, maka dari itu semoga terobosan ini bisa menjadi menginspirasi, dan jika KCD 1 mau mulai mengaplikasikan di guru-gurunya ada tim cybernya, ini supaya ilmu yang bermanfaat dari Studenesia ini bisa diteruskan hingga makin banyak manfaatnya,” pungkas Hadi.

Dendi Algifari selaku founder Studenesia menjelaskan bahwa dirinya ingin bukan hanya masalah perangkat dan yang lainnya tetapi titik berat yang ditekankan Dendi adalah lebih kepada manusianya. “Saya ingin mengimprove, ingin meningkatkan kemampuan pembuatan video, karena kalau masalah menarik atau tidak nanti urusannya, itu masalah butuh atau tidak yang penting kemampuan gurunya dulu naik, keinginan mereka berubah, sehingga dan tahu batasan-batasan di wilayah digital itu apa,” Kata Dendi.

Founder Studenesia (Dendi Algifari) saat mempresentasikan inovasi Studenesia kepada komisi V DPRD Jawa Barat, Senin (28/09/2020).

Batasan yang dimaksud Dendi adalah durasi pemakaian, batasan PJJnya, hingga aplikasi apa saja yang patut dan layak digunakan oleh anak-anak. “Jangan sampai PJJ ini sudah pandemi kesehatan, menjadi pandemi psikologis juga bagi anak-anak, jadi banyak anak-anak yang kecanduan gadget gara-gara PJJ dan segala macam,” tegas Dendi.

Studenesia juga melakukan pendampingan bagi para siswa dimana ketika orang tua yang terpaksa bekerja keluar rumah tapi tetap harus mendampingi anaknya belajar daring, maka orang tua tetap bisa mendampingin anaknya melalui smartphone mereka.

“Jadi intinya kolaborasi antara murid, orangtua, guru, akan bisa menjadikan situasi kondusif dan solusi yang lebih jitu daripada pulsa, jadi ketika pendampingan belajar itu sudah luar biasa sehingga anak bisa dibatasi, kalaupun diberikan waktu bermain paling hanya satu jam, dan terakhir pemerintah, tanpa bantuan pemerintah sosialisasi ini akan sulit, jadi pemerintah mohon supportnya dan bisa memantau warnet-warnet agar ramah anak dimana anak bermain perangkat sesuai waktunya dan bermain game sesuai dengan usianya,” tutup Dendi. (JC)