Tidak Dilibatkan, PGRI Mempertanyakan Uji Publik Penyederhanaan Kurikulum

Pendidikan057 views

Inionline.id – Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) meminta agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim tidak berjalan sendiri dalam membuat kebijakan. Termasuk dalam melakukan pembahasan penyederhanaan Kurikulum 2013.

PGRI meminta Nadiem melibatkan dan mendengarkan masukan para ahli dalam mengkaji penyederhanaan kurikulum tersebut. Pernyataan tersebut disampaikanKetua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi merespons video klarifikasi Nadiem terkait bantahan isu penghapusan mata pelajaran Sejarah dalam penyederhanaan kurikulum 2013.

Unifah mengkritisi pernyataan Nadiem di dalam video berdurasi 2 menit 45 detik tersebut. Dalam salah satu bagian video, Nadiem menyebut bahwa Kemendikbud tengah melakukan uji publik penyederhanaan kurikulum 2013. Namun PGRI mempertanyakan uji publik yang dimaksudkan Nadiem tersebut.

Sebab menurutnya, uji publik tersebut minim keterlibatan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan. PGRI misalnya, sebagai organisasi guru terbesar yang beranggotakan sekitar tiga juta guru ini merasa tidak pernah dilibatkan dalam uji publik tersebut.

“Enggak dilibatkan. Saran kami, tolong libatkanlah para ahli, dengarkan aspirasi berbagai pemangku kepentingan pendidikan,” kata Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi, Minggu, 20 September 2020.

Meski Nadiem membantah isu penghapusan mata pelajaran Sejarah, namun PGRI tetap mengingatkan Nadiem agar jangan sampai ada sedikit pun niat untuk menghapus pelajaran sejarah dalam pembahasan penyederhanaan kurikulum. Sebabmata pelajaran sejarah sangat penting bagi pembentukan peserta didik yang berkarakter baik sesuai jati diri bangsa berlandaskani Pancasila dan UUD 1945.

Ia juga memberikan masukan, bahwa pendidikan harus dimaknai dalam pengertian yang lebih luas, yakni pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang mengedepankan penanaman watak yang baik, budi pekerti sesuai jati diri bangsa, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, berkebinekaan global, berakar pada sejarah dan budaya bangsa.

Penanaman karakter yang baik meliputi jujur, disiplin, sederhana, kerja keras, berinisiatif, bersedia menerima pendapat orang, mau berbagi dan adil. Hal ini salah satunya dapat diperoleh dari pelajaran sejarah, karena salah satu fungsi pelajaran sejarah adalah mengembangkan keteladanan dan karakter.

“Pelajaran sejarah berperan penting dalam mengembangkan jati diri bangsa, mengembangkan memori kolektif sebagai suatu bangsa, mengembangkan inspirasi, kreativitas, dan menanamkan nasionalisme yang produktif,” seru Unifah.

Arah dan tujuan bangsa ini ke depan, tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan dan cita-cita pembentukan bangsa ini. Karena itu, anak bangsa harus memahami sejarah bangsa sebagai identitas nasional termasuk keluhuran budaya dan peradaban bangsa ini yang telah terbangun selama ribuan tahun.

Sebelumnya,Nadiem mengaku sangat terkejut mendapati begitu cepatnya informasi yang tidak benar menyebar tentang mata pelajaran Sejarah di tengah masyarakat. “Tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi atau perencanaan penghapusan mata pelajaran Sejarah di kurikulum nasional,” tegas Nadiem dalam video klarifikasinya, Minggu, 20 September 2020.

Isu ini muncul, kata Nadiem, berawal dari adanya salah satu presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederahanaan kurikulum. Padahal kata Nadiem, Kemendikbud memiliki puluhan versi berbeda yang saat ini sedang melalui proses pembahasan di Forum Discussion Group (FGD) dan uji publik.