Universitas Airlangga: Obat Corona Sudah, Kini Kami Membuat Vaksin

Nasional257 views

Inionline.id – Universitas Airlangga (Unair) sedang gencar melakukan riset obat corona. Kerja sama dilakukan tidak main-main. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Intelijen Negara (BIN) sampai ikut dalam proyek tersebut. Ternyata bukan hanya obat. Mereka juga mengusahakan adanya vaksin.

Dalam pembuatan vaksin corona, Unair membuat diagnostik bersama dengan Universitas Gadjah Mada dan Hepatika Mataram. Bahkan sudah dilaunching Presiden Joko Widodo pada Juni lalu.

Guru Besar Bidang Virologi dan Imunologi, Stem Cell, sekaligus Ketua pengembangan Vaksin COVID-19 Universitas Airlangga, Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, mengaku pembuatan vaksin dilatarbelakangi bahwa pandemi ini masih berlangsung hingga tahun depan. Sehingga salah satu cara, yakni membuat yang bagus untuk pencegahan.

Berikut petikan wawancara Profesor Fedik Abdul Rantam dengan jurnalis merdeka.com Wilfridus Setu Embu pada Selasa kemarin:

Bagaimana cerita awal sampai dibuat upaya pengembangan vaksin Covid-19?

Masalah Covid ini kan sejak belum masuk ke Indonesia, pola pikir kami sudah pasti, pertama membuat vaksin yang kedua diagnostik itu cara terbaik untuk mengatasi itu (Covid-19). Kemudian karena (Covid) belum masuk ke Surabaya, Maret kan masih di Jakarta, lalu April di Surabaya, di sisi lain kami berpikiran untuk membuat vaksin, tapi waktu itu kasus berjalan cepat, saya belum dapatkan isolat virusnya.

Akhirnya berpikiran membuat diagnostik bersama dengan UGM dan Hepatika Mataram. GHA (rapid diagnostic test RI-GHA) itu, Gajah Mada-Hepatika-Airlangga. Yang sudah dilaunching Presiden Juni lalu. Itu sudah jadi untuk diagnostik.

Di sisi lain kami memang biasa mengisolasi virus. Akhirnya saya juga mengisolasi virus, karena waktu sel yang sesuai tidak ada, kita beli dari UK juga nggak bisa dikirim, akhirnya kita menggunakan sel viro yang saya pakai saat isolasi virus demam berdarah.

Alhamdulillah berhasil sekarang kita mempunyai 12 isolat virus. Artinya virus Covid ini sudah kita pisahkan, kita isolasi. Itulah awal pengembangan vaksin ini. Walaupun memang sementara dengan yang lain, ‘wah itu sulit itu isolasinya’. Tapi kita dalami lah sifat virus, karena sudah 40 tahunan bekerja dengan virus. Dari situ akhirnya dapat. Sampai sekarang kita setiap hari dengan Covid bekerjanya di lab.

Unair memang ingin mengembangkan obat dan sisi lain vaksin. Obat sudah dengan TNI dan sebagainya. Kedua, vaksin ini yang coba kita buatkan. Karena saya prediksi, sebagai orang Virologi tahun depan juga masih belum selesai penyakit Covid ini. Saya kira satu-satunya vaksin itu yang bagus untuk pencegahan.

Dari situ kami komunikasi dengan teman di Manchester University, dulu alumni kita sekarang profesor di sana, dan dia ternyata mempunyai teknologi Adenovirus itu, kemudian kami menyiapkan gen-nya di sini yang mengode protein spike yang menginfeksi. Akhirnya model itu yang kita pilih. Namanya Vektor Vaksin.

Vektor vaksin itu artinya gen pengode spike. Spike itu adalah protein yang menempel pada reseptor sel orang.

Bagaimana bisa bekerja sama dengan TNI dan BIN?

Itu kan tugas dari pemerintah. Ada TNI ada BIN bagaimana menyelamatkan negara melalui berbagai model pencegahan dan penanggulangan Covid di Indonesia. Ini komunikasi memang tingkat universitas. TNI dan BIN itu institusi yang mungkin sudah diberi mandat. Biasanya kan begitu. Akhirnya kita membuat itu.

Kalau vaksin ini sedang mulai, kalau yang obat kan sudah. Di vaksin ini kita mulai kloning dari gen itu. Ada tim dari Manchester University sudah datang, orang Indonesia kerja di sana, kemudian datang membantu.

Kapan tepatnya Unair mulai jalankan upaya untuk kembangkan vaksin Covid-19?

Kita sudah sejak awal. Saat terjadi kasus di Surabaya. Untuk vaksin ini, kita harus menunggu virusnya. Kalau kita enggak punya virus, ya sulit membuat vaksin.

Apa saja bahan dalam vaksin yang sedang dibuat Unair itu?

Bahan yang digunakan untuk membuat vaksin itu juga berasal dari virus. Awalnya dari orang yang dideteksi dengan PCR lalu di-sequencing. Dicari urutan nukleutidanya. Terus semua gen yang mengode virus itu ketemu semua, gen khusus yang mengode spike itu kita kloning. Kloning itu artinya kita isolasi, dimurnikan begitu. Khusus bagian protein spike yang berikatan dengan reseptor sel pada manusia.

Yang menjadi vaksin itu apa? gen spike-nya. Setelah itu baru kita produksi di sel, untuk memperbanyak virus itu mungkin kalau bisa dengan bioreaktor untuk memperbanyak virus sehingga kita bisa mencukupi skala produksi.

Tapi proses ke sana itu masih ada tiga tahapan. Pertama kita membuat vektor vaksinnya. Kedua fase animal experiment, dicoba di hewan. Setelah hasilnya aman, baru dicoba pada manusia, ada fase I, fase , fase III

Sekarang belum masuk uji klinis?

Belum sampai ke sana. Itu nanti sekitar bulan Juni-Juli tahun depan.

Kemarin Kasad Andika bilang siap diedarkan?

Itu obat. Saya tidak ikut yang tim itu. Saya tidak ikut secara detail. Masing-masing. Saya khusus yang vaksinnya. Nanti kita kloning gen pengode spike itu, kira-kira bulan depan selesai, kita produksi. Kemudian baru masuk Desember itu kita animal experiment. Sampai kira-kira Maret lah.

Kalau sekarang ini proses pengembangan vaksin sudah di tahap mana?

Sekarang ini kita baru memproduksi vektor vaksin. Kita baru memproduksi calon vaksin, kandidat vaksinnya. Belum juga eksperimen. Nanti produksi kandidat vaksin ini baru masuk ke animal trial. Jadi masih produksi calon vaksin.

Kalau perhitungan tim, kapan vaksin bisa diproduksi secara massal untuk digunakan secara luas?

Kalau Agustus tahun depan selesai uji klinis, bulan selanjutnya sudah bisa produksi massal. Tergantung partner kita kan yang memproduksi itu. Scale up-nya kita kerja sama dengan Industri.

Kerja sama produksi vaksin nanti sama siapa saja?

Itu nanti dari institusi yang menentukan. Ada banyak (industri) memang kita kerja sama. Biofarma bisa juga. Industri swasta juga menginginkan. Kan itu juga ditawarkan ke sana. Itu tergantung negara yang akan menentukan. Seleksinya kan dari sana. Kalau kita kan menguji kualitas (vaksin), keamanan, tingkat proteksifitas, efek pada manusia seperti apa. Itu kita.

Dengan adanya pengembangan vaksin ini, berarti Indonesia sebenarnya punya kemampuan untuk membuat vaksin sendiri.
Iya.

Apa saja yang sudah dilakukan Unair untuk penanganan Covid ini?

Yang pertama obat-obatan, kemudian stem cell. Kalau stem cell sudah sejak lama. Kemudian dengan vaksin ini.

Apa saja bentuk Dukungan TNI dan BIN?

Universitas banyak di-support alat-alat yang diperlukan untuk menguji obat-obat, itu disumbang dari sana. Untuk PCR deteksi virus juga ada. Banyak kok yang disumbangkan.

Mereka terlibat dalam dukungan fasilitas yang belum dimiliki universitas?

Iya. Tapi berapa besar yang disumbangkan saya tidak tahu.