KAI Mengusulkan Kapasitas Penumpang KRL Dinaikkan Jadi 60 Persen

Ekonomi057 views

Inionline.id – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengusulkan kepada pemerintah agar kapasitas penumpang kereta rel listrik (KRL) naik dari 45 persen menjadi 60 persen. Hal ini demi mengurangi jumlah antrean di stasiun.

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menjelaskan KRL saat ini hanya dapat mengangkut maksimal 74 penumpang per kereta. Bila kapasitas ditingkatkan menjadi 60 persen, maka jumlah yang bisa diangkut mencapai 100 orang.

Minimnya jumlah penumpang yang bisa diangkut membuat antrean di stasiun mengular. Didiek mengatakan jumlah pelanggan KRL yang dilayani hari ini hingga pukul 10.00 WIB mencapai 166.044 orang atau meningkat 7 persen dibandingkan Senin (29/6) lalu yang hanya 155.555 orang.

“KAI mengimbau agar masyarakat menghindari jam sibuk untuk berangkat ke DKI Jakarta menggunakan KRL,” ujar Didiek dalam keterangan resmi, dikutip Senin (6/7).

Ia bilang masyarakat masih berbarengan ke stasiun untuk berangkat ke ibu kota karena jam kerja yang masih sama. Kepadatan masih terjadi pada jam sibuk, yakni 06.00-08.00 WIB.

Untuk itu, Didiek meminta agar seluruh instansi di pusat, daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mengatur lagi jam kerja pegawainya. Ini agar kepadatan di stasiun bisa dikurangi.

“KAI berharap seluruh pihak yang pegawainya berangkat kerja menggunakan KRL dapat mengatur kembali jam masuk kerja pegawainya atau melakukan pengaturan jam kerja shift pagi dan siang,” jelas Didiek.

Sejauh ini, ia mengklaim KAI telah maksimal dalam mengoperasikan KRL. Didiek menyatakan jumlah yang dioperasikan mencapai 947 perjalanan atau 95 persen dari 991 perjalanan reguler yang dijalankan pada masa normal sebelum pandemi.

“Misalnya di stasiun Bogor, headway antar kereta sudah lima menit sekali. Namun hal tersebut tetap belum mampu mengurangi antrean karena kapasitas yang disediakan masih dibatasi dalam setiap perjalanan,” ucap Didiek.

Manajemen pun meminta maaf kepada masyarakat karena antrean masih terjadi di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi ini. Antrean terjadi karena ada jumlah penumpang yang bisa diangkut maksimal hanya 45 persen dari total kapasitas demi mencegah penularan virus corona.

“Antrean kami buat semata-mata untuk mematuhi kebijakan physical distancing baik di stasiun maupun di kereta dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19,” pungkas Didiek.